Senin, 30 September 2013

Keutamaan Masjid


Oleh: Hepi Andi Bastoni, MA
(Ketua Yayasan Tahfizh Qur’an Az-Zumar Bogor)

Defenisi Masjid
            Masjid ( مَسْجِد ) berarti tempat sujud, dan bentuk jamaknya adalah ( مَسَاجِد ). Nabi saw bersabda, وَجُعِلَتْ لِيَ اْلأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا
“Dan (seluruh permukaan) bumi ini telah dijadikan untukku sebagai tempat bersujud dan alat bersuci.” (Muttafaq ‘alaihi)
Adapun menurut istilah yang dimaksud masjid adalah suatu bangunan yang memiliki batas-batas tertentu yang didirikan untuk tujuan beribadah kepada Allah seperti shalat, dzikir, membaca al-Qur’an dan ibadah lainnya. Lebih spesifik lagi yang dimaksud masjid di sini adalah tempat didirikannya shalat berjamaah, baik ditegakkan di dalamnya shalat Jumat maupun tidak. Allah berfirman,

Kamis, 26 September 2013

Panduan Qurban dan Pembahasannya (Bagian ke-1): Definisi

I. Definisi
dakwatuna.com - Secara bahasa (lughatan) atau etimologis, Qurban berasal dari kata Qaruba – Yaqrubu – Qurban – Qurbanan, dengan huruf Qaf didhammahkan artinya bermakna mendekat. Qaruba ilaihi artinya mendekat kepadanya. Allah Ta’ala berfirman: Inna Rahmatallahi Qariibun Minal Muhsinin (Sesungguhnya Rahmat Allah dekat dengan orang-orang berbuat baik).[1]
Secara istilah (Syar’an) atau terminologis, Qurban bermakna menyembelih hewan tertentu dengan niat Qurbah(mendekatkan diri) kepada Allah Ta’ala pada waktu tertentu pula. [2]

Rabu, 25 September 2013

Perbedaan Jumlah Takbir Shalat Idul Fitri dan Shalat Idul Adha (?)

Assalmu’alaikum wr.wb.

Maaf Ust., ane  ingin nanya, ada kalangan muslim yang melaksanakan Idul Fitri dengan takbir 9 kali takbir di rakaat pertama dan 7 kali takbir di rakaat kedua. Sedangkan pada shalat Idul Adha di rakaat pertama 7 kali takbir dan rakaat kedua 5 kali takbir. Mmohon jelaskan yang lebih benarnya, karena di sini memperdebatkan hal ini.

 Terima kasih

Hamdan’Ld Ntiarasino

Wa’alikumsalam wr.wb.

Jumat, 20 September 2013

Adab-adab Saat Bepergian


Oleh: Hepi Andi Bastoni, MA
(Ketua Yayasan Tahfizh Qur’an Az-Zumar Bogor)
0817-1945-60

Bepergian suatu hal yang tak dapat dihindari oleh setiap manusia. Baik bepergian untuk mencari rezeki, silaturrahim pada keluarga, atau ibadah haji dan umrah. Agar bepergian kita lebih bermakna dan memiliki pahala yang mulia di sisi Allah, maka kita dianjurkan melakukan adab-adab. Antara lain:

Rabu, 18 September 2013

Rasulullah SAW Negarawan yang Peduli Lingkungan

Ilustrasi (dwiapry.blogspot.com)(أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الْأَرْضِ كَمْ أَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ)     (Q.S. As-Syuara’(26): 7)
(وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ)   (Q.S. Luqman (31): 10)
(تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا)
(Q.S. Al-Isra’ (17): 44)
(وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ)  (Q.S. Al-A’raf (7): 56)
Ilustrasi (dwiapry.blogspot.com)
dakwatuna.com - Islam memperhatikan dan mempedulikan semua komponen lingkungan tanpa terkecuali. Islam sebagai agama rahmat seantero alam menyuguhkan sentuhan hidup terhadap lingkungan sehingga terjadi keseimbangan kosmos antara manusia, hewan, tumbuhan, dan sumber-sumber alam.

Rabu, 04 September 2013

Inilah Sebab Nabi Melarang Kencing Berdiri


Saya termasuk yg gak ngeh atau ngerasa gak penting sih nurutin kencing harus pake jongkok segala. Saya hanya merasa: “ntar dehhh bakalan dicari kenapa Rasullullah SAW ngelarang kencing sambil berdiri”. Tapi Allah baek banget, tiba-tiba seorang teman ngeshare link artikel untuk dibaca perihalkencing berdiri. Langsung tersentak saya!
Setelah baca artikel disini, saya langsung memutuskan untuk akan seterusnya kencing secara jongkok.
Baiklah, akan saya copy pastekan secara langsung artikel yg menjabarkan tentang kenapa kita tidak boleh kencing sambil berdiri.

Selasa, 03 September 2013

Hidayah Penyembah Berhala

Suatu kali Abdul Wahid bin Zaid berlayar bersama beberapa sahabatnya. Angin membawa kapal mereka menuju sebuah pulau kecil. Di sana, mereka menjumpai seorang laki-laki sedang menyembah berhala. Kisah ini dikutip dalam Kitab al-Tawwabin (Dar al-Manar, halaman 193-194).
Abdul Wahid bertanya pada orang itu, "Hai fulan, siapa yang kamu sembah itu?" Laki-laki itu menunjuk ke arah berhalanya. "Ia tidak layak disembah," ujar Abdul Wahid. Mendengar itu, sang penyembah berhala bertanya, "Lalu apa yang kalian sembah?"
"Allah."
"Siapa Allah itu?"
"Dzat yang arasy-Nya di langit, kekuasaan-Nya di muka bumi, ketentuan-Nya meliputi segala kehidupan dan kematian."
"Bagaimana kalian tahu tentang hal itu?" Abdul Wahid menjawab, "Dia mengutus kepada kita seorang Rasul yang mulia, dan Rasul tersebut mengabari hal itu."

Senin, 02 September 2013

Peran Pemimpin dan Kekuasaan

Sepuluh hari berlalu dari Ramadhan 8 H. Sepuluh ribu pasukan kaum Muslimin bergerak meninggalkan Madinah. Langkah mereka pasti, menuju Makkah. Di Marru Zhahran, Rasulullah saw dan pasukannya berhenti untuk melaksanakan shalat Isya. Rasulullah saw memerintahkan seluruh pasukannya untuk menyalakan obor. Dalam sekejap lembah itu terang benderang.
            Ini salah satu taktik Rasulullah saw untuk menggetarkan hati musuh. Ketika Abu Sufyan bin Harb dan beberapa tokoh Quraisy sedang berkeliling di sekitar Makkah mencari berita, langsung terkejut melihat banyaknya nyala obor. Dalam keterkejutan itu, mereka tidak bisa memperkirakan berapa jumlah kaum Muslimin. Yang ada dalam pikiran mereka hanya satu: kekuatan musuh sangat besar!
            Ketika mereka sedang diselimuti ketakutan, Abbas bin Abdul Muthalib datang memergoki. Setelah terjadi perbincangan, akhirnya Abu Sufyan bertanya dengan suara bergetar. “Sebaiknya apa yang saya lakukan?”
            “Naiklah ke punggung hewan tungganganku ini. Aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah saw dan meminta jaminan untukmu,” jawab Abbas.
            Abu Sufyan segera menuruti perintah Abbas. Abbas tidak sulit membawa Abu Sufyan ke hadapan Rasulullah saw. Sebab, setiap kali melewati pasukan kaum Muslimin, mereka dibiarkan berlalu. Pasukan itu mengenal siapa Abbas. Apalagi ia mengendarai hewan tunggangan Rasulullah saw.