Kamis, 27 Juni 2013

Jangan Sampai Dai Kekurangan Ide

Besarnya tantangan kadang tak sebesar dorongan. Saat itulah kehancuran biasanya berawal. Inisiatif dan ide merupakan bahan penyegar. Tak hanya sebagai penyiram bagi ide yang telah layu, tapi juga penghalau derasnya tantangan.


Nabi Sulaiman marah besar. Sudah berkali-kali ia menginspeksi pasukannya, tapi burung hud-hud tetap tak kelihatan batang hidungnya. Dalam kemarahannya, Nabi Sulaiman bertekad menghukum burung Hud-hud. “Aku akan menghukumnya dengan keras. Bila perlu aku akan membunuhnya. Kecuali dia datang dengan alasan yang tepat,” demikian kata-kata itu keluar dari mulut Nabi Sulaiman. 

Beberapa saat kemudian, burung hud-hud datang. Tanpa diminta ia segera menghadapi Nabi Sulaiman. “Aku datang membawa berita yang belum pernah engkau dengar,” ujar hud-hud. Lalu, ia menceritakan pengalamannya. Burung hud-hud menemukan sebuah negeri yang diperintah oleh seorang ratu. Para penduduk negeri dan pimpinannya itu menyembah matahari.

Karena alasan yang dikemukakan burung itu bisa diterima, Nabi Sulaiman tidak jadi menghukumnya. Namun demikian, ia tidak langsung percaya. Putra Nabi Daud yang dianugerahi kemampuan bisa mengerti bahasa binatang itu segera menyuruh burung hud-hud untuk pergi membawa suratnya dan memberikannya kepada Ratu Balqis.

Rabu, 26 Juni 2013

Seputar Puasa


            Sebentar lagi Ramadhan akan menyapa kita. Untuk memantapkan ibadah pada bulan berkah ini, tak salah kalau kita memperdalam wawasan kita seputar shiyam (puasa). Untuk itu, berikut kami sajikan risalah muyassarah (panduan sederhana) seputar puasa.

Defenisi Puasa
Secara bahasa, shiyam (puasa) berarti imsaak (menahan diri). Yang dimaksud adalah menahan diri dari segala sesuatu yang bisa membatalkan puasa, sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari disertai niat berpuasa (Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq I/573).

Keutamaan Puasa
Banyak sekali keutamaan yang bisa didapat oleh mereka yang berpuasa, baik secara ruhiyah (mendapat pahala), medis maupun psikologis. Di antara keutamaan itu adalah:

1.    Puasa sebagai penangkal
Terkait dengan hal ini, Rasulullah saw memerintahkan kepada para pemuda yang belum sanggup menikah agar berpuasa. Di antara tujuannya adalah untuk menjaga pandangan (aghadhdhu lil bashar), memelihara kemaluan dan sebagai wija’ (benteng).

Rabu, 19 Juni 2013

Karena Tergoda Harta

A'sya bin Qais adalah penyair Arab kesohor. Ia meninggalkan kampungnya di Yamamah, Najed, untuk menemui Nabi Muhammad saw dan masuk Islam.Dalam kitab karya Muhammad bin Abdurrahman al-'Arifi dikisahkan, sambil naik unta, sepanjang perjalanan A’sya mengulang-ulang pujian pada rasulullah. Ia merasa rindu dan ingin segera bertemu nabi.
“Wahai orang yang bertanya padaku, kemana engkau menuju? Sesungguhnya aku memiliki janji bertemu dengan seorang penduduk Yatsrib. (Dia) seorang nabi yang bisa melihat apa yang tidak kalian lihat. Namanya telah menyebar ke seluruh penjuru negeri,” demikian di antara bait syair yang selalu ia lantunkan.

Senin, 17 Juni 2013

Wanita dalam Lembaran Sejarah

Ada dua pandangan ekstrem tentang wanita. Ada yang menganggapnya sebagai benda, bisa dijual, diwariskan bahkan diperlakukan apa saja. Ada juga yang mendewakan dan memberikan kebebasan tanpa batas. Bagaimana pandangan Islam?


Di antara hal yang tak pernah tuntas dibicarakan adalah masalah wanita. Ia selalu menjadi isu sosial menarik sejak dulu, kini dan nanti. Di satu sisi ada yang memandang wanita sebagai makhluk yang diciptakan seperti benda. Ia bisa dijual, diwariskan bahkan diperlakukan apa saja.

            Di sisi lain ada yang menghendaki wanita itu bebas. Ia ingin semua belenggu yang dianggap mengikat kaum wanita lepas. Ia ingin wanita itu sama dengan laki-laki dalam hal apa pun. Bahkan fitrah dasar wanita, seperti menikah, mengandung dan melahirkan, tak diperdulikan.


Jumat, 14 Juni 2013

Petuah bagi Ahli Maksiat


Suatu saat seorang ahli hikmah, Ibrahim bin Adham didatangi seseorang yang mengaku ahli maksiat. Ia mengutarakan niatnya untuk keluar dari kubangan dunia hitam. Maka Ibrahim bin Adham memberikan nasihatnya, seraya berkata,
“Jika Anda ingin menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka tidak mengapa kamu meneruskan kesukaanmu berbuat maksiat.”
            Mendengar perkataan Ibrahim, sang ahli maksiat itu dengan rasa penasaran bertanya, “Ya, Abu Ishaq (panggilan Ibrahim bin Adham) apa saja syarat-syarat itu?”
            Ibrahim bin Adham berkata, ”Syarat pertama, jika Anda ingin melakukan maksiat kepada Allah, maka janganlah kamu memakan rezeki-Nya.”

Kamis, 13 Juni 2013

Hukum Musik dan Bernyanyi

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum musik dan nyanyian, baik di masa salaf maupun khalaf. Sebagian mengharamkan secara total, sebagian lagi mengambil posisi untuk membolehkannya. Ada juga yang mengharamkan sebagian, namun menghalalkan sebagian, serta membubuhi berbagai macam syarat dan ketentuan.
Perbedaan pendapat di tengah para ulama ini terjadi karena banyak faktor, yang paling utama karena tidak disepakatinya dalil-dalil yang mengharamkan secara shahih dan sharih. Kalau ada dalil yang shahih, sayangnya tidak sharih. Sebaliknya, begitu ada dalil yang sharih, ternyata dari sisi sanadnya tidak shahih.

A. Pengertian

1. Musik
            Musik dalam bahasa Arab modern disebut dengan sebutan al-musiqa. Sebenarnya istilah al-musiqa dalam bahasa Arab adalah serapan dari bahasa Yunani, yang asalnya dari kata mousike.
The Muses adalah sebutan untuk sembilan dewi atau anak perempuan Dewa Zeus dengan salah seorang istrinya, Mnemosyne. Dalam legenda mitologi Yunani, Zeus adalah rajanya para dewa.
Namun di dalam nash-nash syar’i, istilah yang sering digunakan untuk alat-alat musik antara lain adalah al-mi’zaf atau al-ma’azif dalam bentuk jamak. Ma’azif kemudian didefinisikan sebagai:  Alat yang dimainkan dengan cara memukul-mukulnya Atau terkadang juga disebut dengan : Alat musik pukul seperti tongkat dan tambur.

Seputar Syariat Aqiqah

Kelahiran seorang anak akan menambah kebahagiaan dan kerukunan sebuah rumah tangga. Kebahagiaan ini akan semakin berbunga ketika dihiasi dengan sunnah Rasulullah saw. Sangat ironis misalnya jika kehadiran buah hati disambut de­ngan serang­kaian acara yang tak sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.
            Seiring dengan maraknya tra­disi kedaerahan atau yang ber­sumber dari kebiasaan non-Mus­lim, sun­nah Rasulullah saw sering terabai­kan. Para orang tua lebih banyak yang berkonsentrasi mak­simal untuk me­rayakan hari ulang tahun ketimbang acara yang sudah ada landasannya dalam Islam. Selain itu, mem­bekali anak dengan dasar syariat sejak dini merupakan wujud tanggung jawab orang tua kepada si anak. Khusus­nya dalam me­ngarungi kehidu­pannya yang jauh lebih berat dari yang dihadapi orang tuanya.
            Begitu banyak sunnah Rasulullah saw yang harus kita laksanakan. Melaksanakan aqiqah salah satunya. Mengikut sunnah Rasulullah saw mengadakan aqiqah dan memberikan sebagian daging­nya kepada tetangga dan orang-orang tak mampu akan menambah keberkahan dan lebih mempererat tali silaturahim. Me­ngadakan aqiqah juga merupakan cerminan rasa suka cita dan ba­hagia atas kelahiran seorang anak.

Selasa, 11 Juni 2013

Hikmah di Balik Puasa di Bulan Sya’ban

Kebiasaan Rasulullah saw memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, bertabur hikmah. Di antaranya, latihan fisik, mental dan spiritual untuk menyambut kehadiran Ramadhan.


Ibarat pasukan perang yang tengah bersiap menghadapi musuh, begitulah perumpamaan kaum Muslimin menjelang Ramadhan. Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban merupakan latihan untuk puasa Ramadhan agar tidak mengalami kesulitan. Bahkan akan terbiasa sehingga bisa memasuki Ramadhan dalam keadaan kuat dan bersemangat.

Imran bin Hushain menuturkan, Rasulullah saw bersabda, “Apakah engkau berpuasa pada sarar (akhir) bulan ini?” Dia berkata, “Tidak.” Maka beliau bersabda, “Apabila engkau berbuka maka puasalah dua hari.” Dalam riwayat Bukhari disebutkan, “Saya kira yang dimaksud adalah bulan Ramadhan.” Sementara dalam riwayat Muslim, “Apakah engkau puasa pada sarar (akhir) bulan Sya’ban?” (HR Bukhari 4/200 dan Muslim No. 1161).

Senin, 10 Juni 2013

Mengisi Sya’ban Menyongsong Ramadhan

Sya’ban gerbang Ramadhan. Ia sekaligus madrasah untuk mempersiapkan diri menapaki bulan bertabur pahala itu. Songsong Ramadhan dengan membiasakan diri berpuasa.

Ramadhan segera menjelang. Tak penuh sebulan lagi kita akan bersua dengan bulan bertabur pahala itu. Kini kita berada di gerbangnya di bulan Sya’ban.
Dinamakan Sya’ban karena orang-orang Arab pada bulan tersebut yatasya’abun (berpencar) untuk mencari sumber air. Dikatakan demikian juga karena mereka tasya’ub, berpisah-pisah atau terpencar di gua-gua. Dan dikatakan sebagai bulan Sya’ban juga karena bulan tersebut sya’aba (muncul) di antara dua bulan Rajab dan Ramadhan. Bentuk jamaknya adalah Sya’abanaat dan Sya’aabiin.
Layaknya tamu agung yang membawa beragam kebaikan, begitu seharusnya kita menyambut Ramadhan. Di antara bentuk penyambutan itu adalah membiasakan diri melaksanakan ibadah utama di bulan Ramadhan. Yaitu, puasa.

Selasa, 04 Juni 2013

Adil pada Istri


Suatu ketika Abu Ja’far al-Manshur, salah seorang Khalifah Bani Abbasiyah, berselisih paham dengan istrinya, al-Hurrah. Sang istri merasa diperlakukan tidak adil oleh suaminya. Ia pun bermaksud menuntut keadilan pada orang ketiga.
            “Baik, siapa yang hendak engkau pilih sebagai penengah?” tanya Abu Ja’far.
            “Imam Abu Hanifah,” jawab al-Hurrah.
            Abu Ja’far al-Manshur pun setuju. Keduanya segera mendatangi Abu Hanifah yang kala itu dikenal sebagai ulama yang berilmu dan berani memberikan jawaban dengan benar meski di hadapan penguasa sekalipun.

Senin, 03 Juni 2013

Hati yang Bercampur

S
uatu hari orang-orang sedang terlibat pembicaraan dengan Abu Hurairah. Salah seorang di antara mereka meminta Abu Hurairah untuk menceritakan sebuah hadits yang didengarnya dari Rasulullah SAW. Kemudian Abu Hurairah menyampaikan sebuah hadits dari Rasulullah SAW, "Sesungguhnya manusia yang pertama kali dihisab pada hari Kiamat ialah seseorang yang mati syahid. Lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Lantas dia bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia, wahai hamba-Ku?” Dia menjawab, “Saya berjuang dan berperang demi Engkau, ya Allah sehingga saya mati syahid.”
Allah berfirman, “Dusta kamu. Sebenarnya kamu berperang bukan untuk-Ku, melainkan agar disebut sebagai orang yang berani. Kini kamu telah menyandang gelar tersebut.” Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. Didatangkan pula seseorang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. Lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas. Allah bertanya, “Apa yang telah kamu perbuat?"  Dia menjawab, “Saya telah belajar ilmu dan mengajarkannya. Saya juga membaca al-Qur’an demi Engkau.” Allah berfirman, “Kamu dusta, tapi kamu belajar ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an agar dikatakan mahir membaca. Kini kamu telah dikatakan seperti itu. Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.