Jumat, 20 September 2013

Adab-adab Saat Bepergian


Oleh: Hepi Andi Bastoni, MA
(Ketua Yayasan Tahfizh Qur’an Az-Zumar Bogor)
0817-1945-60

Bepergian suatu hal yang tak dapat dihindari oleh setiap manusia. Baik bepergian untuk mencari rezeki, silaturrahim pada keluarga, atau ibadah haji dan umrah. Agar bepergian kita lebih bermakna dan memiliki pahala yang mulia di sisi Allah, maka kita dianjurkan melakukan adab-adab. Antara lain:

1.      Bertaubat kepada Allah SWT dari segala kemaksiatan dan meminta ampun kepada-Nya dari segala dosa serta memulai dengan niat baik.
2.      Mengembalikan amanat dan barang-barang yang bukan haknya kepada pemiliknya, membayar hutang dan berpesan kebaikan kepada keluarganya.
3.      Pergi bersama orang-orang shalih yang bisa menolongnya bila perlu dan bisa menasihati dan mengingatkannya. Tidak dianjurkan bepergian sendirian. Bagi wanita, ia harus menyertakan mahramnya saat akan bepergian.
4.      Jangan melakukan perjalanan kecuali ke tempat yang mubah. Para ulama sepakat tentang haramnya melakukan perjalanan ke tempat yang haram dan maksiat. Meskipun ia tidak melakukannya, tapi dikhawatirkan akan tergoda dan ikut mengerjakannya juga.
5.      Menaati rambu-rambu jalan raya. Hal ini dilakukan selain untuk  menjaga keselamatan juga membiasakan diri taat pada peraturan.
6.      Membawa perbekalan dan peralatan dalam perjalanan secukupnya. 
7.      Jika musafir lebih dari tiga orang disunnahkan mengangkat salah satu dari mereka sebagai pemimpin. Rasulullah saw bersabda,
إِذَا خَـرَجَ ثَلاَثَةٌ فَِي سَفَرٍ فَلْيُأَمِّرُوْا أَحـَدَهُمْ

“Apabila tiga orang keluar untuk safar, maka hendaklah mereka mengangkat seorang amir dari mereka,” (HR. Abu Daud).
8.      Disunnahkan berangkat safar di pagi hari. Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah, berkahilah bagi ummatku di dalam kediniannya.” (HR Abu Daud).
9.      Berpamitan kepada keluarga, kerabat dan teman-temannya. Jangan di antara keluarga tak ada yang mengetahui kemana kepergian kita. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang akan bepergian hendaklah berkata kepada yang ditinggalkan,
أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
“Kutitipkan engkau kepada Allah yang tidak sia-sia apa yang dititipkan.” (HR. Ahmad, Hasan).
Orang yang tinggal mendoakan orang yang akan bepergian:
زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ حَيْثُ مَا كُنْتَ
            “Semoga Allah membekalimu dengan taqwa, mengampuni dosamu, dan memudahkan segala kebaikan bagimu di manapun berada.” (HR. Turmudzi, Hasan)
10.  Meninggalkan bekal yang cukup untuk keluarga yang ditinggalkan.
Membaca doa safar
Apabila naik kenderaan (Sepeda Motor, Mobil atau Pesawat Terbang dan lainnya) bacalah:
بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ {سُبْحَانَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Artinya, “Aku pergi dengan nama Allah dan segala puji bagiNya. Maha suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami dan tidak ada daya bagi kami untuk menundukkannya dan hanya kepada Allah kami kembali, kemudian membaca Alhamdulillah tiga kali, Allahu akbar tiga kali. Maha Suci Engkau ya Allah, sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri, berilah aku ampunan. Sungguh tidak ada yang mengamupuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR. Turmudzi, Hasan Shahih)
Atau membaca doa:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ
Artinya, “Ya Allah, kami mohon kepadamu dalam perjalanan ini kebajikan katakwaan dan amal yang Engkau ridhai Ya Allah, ringankanlah atas kami perjalanan ini, dekatkanlah jaraknya perjalanan ini, Ya Allah Engkaulah temanku dalam perjalanan ini dan Engkaulah sebagai pengganti yang melindungi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari pada kesusahan perjalanan ini, dari pemandangan yang menyakitkan dan dari nasib yang sial dalam harta dan keluarga.” (HR. Muslim)
Ketika pulang hendaknya membaca doa tersebut di atas ditambah doa di bawah ini :
آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَا حَامِدُ وْنَ
“Semoga kami kembali dalam keadaan selamat dan bertaubat, kepada Robb kami memuji.” (HR. Muslim)
11.  Bertakbir di saat jalan menanjak dan bertasbih di saat menurun, dalam hadits Jabir dikatakan, “Apabila (jalan) kami menanjak, maka kami bertakbir, dan apabila menurun maka kami bertasbih,” (HR Bukhari).
12.  Banyak berdoa dalam perjalanannya, karena doa musafir mustajab (mudah dikabulkan).
13.  Dilarang bepergian dengan membawa anjing dan lonceng, berdasarkan sabda Rasulullah saw:
                  لاَ تَصْحَبُ اْلمَلاَئِكَةُ رِفْقَةٌ فِيْهَا كَلْبٌ وَلاَ جَرَسٌ
                 Artinya, “Malaikat tidak akan menemani orang yang membawa anjing dan lonceng,” (HR Muslim).

14.  Disunahkan berkumpul ketika berhenti dan makan. ketika para shahabat berhenti di suatu tempat mereka berkelompok-kelompok dan bercerai berai, maka Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ تَفَرُّقَكُمْ فِي هذِهِ الشِّعَابِ وَاْلاَوْدِيَةِ إِنَّمَا ذلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلَمْ يَنْزِلُوْا بَعْدَ ذلِكَ مَنْزِلاً ِإلاَّ انْضَمَّ بَعْضُهُمْ ِإليَ بَعْضٍ حَتَّي يُقَالَ لَوْ بَُسَِطَ عَلَيْهِمْ ثَوْبُ لَعَمَّهُمْ
                 Artinya, "Sesungguhnya bercerai-berainya kalian dalam kelompok-kelompok dan lembah-lembah ini adalah dari syaitan. Setelah kejadian ini, tidaklah merka berhenti di suatu tempat kecuali sebagian berkumpul dengan yang lainnya sampai dikatakan seandainya dibentangkan kain untuk mereka niscaya pasti akan menjangkau mereka," (HR Abu Daud dengan Isnad Hasan (2628) dishahihkan al-Albani).
15.  Apabila telah selesai keperluannya hendaknya segera kembali ke kampung halamannya. Nabi bersabda: “......Apabila salah seorang kamu telah menunaikan hajatnya dari safar yang dilakukannya, maka hendaklah ia segera kembali ke kampung halamannya," (Muttafaq’ alaih).
16.  Jika sampai ke kampung halamannya, tidak masuk ke rumahnya di malam hari, kecuali jika telah memberi tahu keluarga sebelumnya. Jabir menuturkan, "Nabi saw melarang seseorang mengetuk rumah (membangunkan) keluarganya di malam hari.” (Muttafaq’alaih).

17.  Apabila sampai ke kampung halamannya pergi ke masjid terlebih dahulu untuk shalat dua rakaat. Ka`ab bin Malik meriwayatkan, “Bahwasanya Nabi saw apabila datang dari perjalanan (safar), maka beliau langsung menuju masjid dan shalat dua raka`at.” (Muttafaq’ alaih).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar