Selasa, 15 Juli 2014

Ramadhan Ladang Berkah bagi Juru Dakwah


Ibarat sekolah, Ramadhan adalah momen paling tepat untuk merekrut siswa sebanyak-banyaknya. Sangat merugi kalau momen ini tak dimanfaatkan para dai untuk menebar dakwah.

Ramadhan kembali menyapa kita. Kali ini sapaannya datang di kala umat sedang dirundung berbagai fitnah. Berbeda ketika ia pertama kali datang sebagai bulan wajib puasa. Kala itu tahun kedua hijriyah, umat Islam berada di kondisi gemilang. Mereka baru saja kembali dari medan Badar membawa kemenangan.

Beragam cara dilakukan masyarakat Muslim menyambut bulan berkah ini. Ada yang menabuh beduk, ada yang membakar petasan, atau sekadar mengganti cat rumah. Bagi kalangan pebisnis, bulan ini benar-benar dinanti. Mereka berlomba-lomba membeli pakaian atau apa saja yang bisa dijual menjelang Idul Fitri dengan keuntungan berlipat.
Bagi pengelola stasiun televisi, Ramadhan digunakan sebagai peluang untuk “mengislamkan” acara-acara televisinya guna merebut hati pemirsa. Bagi kalangan selebritis, Ramadhan adalah momen untuk mengubah diri. Bak bunglon, di bulan suci ini “warna” mereka berubah putih, lalu kembali hitam ketika Ramadhan berlalu. Pendek kata, ada perhatian khusus diberikan pada bulan berkah ini. 
Tentu beragam penyambutan itu tak semuanya bisa diterima dan dibenarkan. Sosok yang patut dijadikan teladan dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan adalah Rasulullah saw, para sahabatnya dan salafus shalih. Dalam menyambut bulan penuh ampunan ini, beliau selalu bergegas memperbanyak ibadah. Rasulullah saw bersabda, "Jika datang bulan Ramadhan, dibelenggulah syetan, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan dibukalah pintu-pintu surga.” Kemudian beliau berseru, “Wahai orang yang mendambakan kebaikan, datanglah! Wahai orang yang tak suka kebaikan, bermalaslah! Sesungguhnya dalam bulan Ramadhan ini setiap malamnya Allah SWT membebaskan orang-orang yang dikehendaki-Nya dari api neraka,” (HR Tirmidzi).
Selain itu, pada bulan ini juga Rasulullah saw melipatgandakan amal perbuatan, baik yang fardhu maupun yang sunnah. Diriwayatkan oleh Salman, suatu hari di pengujung bulan Sya'ban Rasulullah saw bersabda, "Wahai sekalian manusia, telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahan, di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; diwajibkan padanya puasa; dan dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamnya. Siapa yang mengerjakan satu kebaikan pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu perintah kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan ibadah wajib, seakan-akan ia mengerjakan tujuh puluh kali kewajiban tersebut di bulan yang lain," (HR Muslim).
Pada bulan ini juga, beliau sangat pemurah dan gemar bersedekah serta memberi makan orang yang berpuasa. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa Rasulullah saw adalah orang yang paling pemurah, lebih-lebih pada bulan Ramadhan. Dilukiskan bahwa beliau bagaikan hembusan angin yang lembut, membawa banyak karunia, menabur kegembiraan di hati orang Mukmin. Diriwayatkan pula bahwa beliau sangat penderma, bahkan tidak pernah menolak permintaan apa pun yang diajukan ke beliau.
Rasulullah saw juga memperbanyak doa, terutama ketika hendak berbuka puasa. Beliau bersabda, "Saat-saat berbuka adalah saat yang paling tepat dan mujarab bagi orang yang berpuasa untuk berdoa,” (HR Muslim).
Selain itu, Rasulullah saw dan para sahabatnya juga memperbanyak tadarus (membaca al-Qur'an). Setiap malam bulan Ramadhan malaikat Jibril selalu datang menemui Rasulullah saw dan bersama-sama membaca al-Qur'an. Hikmah tadarus Rasulullah di antaranya untuk mengajarkan umatnya agar rajin membaca al-Qur'an, terutama di bulan suci Ramadhan itu.
Rasulullah saw selalu meningkatkan ibadahnya, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Jika mulai masuk sepuluh akhir Ramadhan, Nabi saw menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya dan mengencangkan pakaiannya,” (HR Muslim).
Bagi juru dakwah, Ramadhan tak sekadar momen untuk mendulang pahala, tapi juga sebagai lahan subur menebar dakwah. Umumnya, pada bulan suci ini, gairah umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah meningkat. Masjid yang biasanya hanya diisi dengan kegiatan shalat saja, pada bulan ini dipadati dengan berbagai kegiatan keagamaan. Kaum Muslimin yang biasanya melaksanakan shalat di rumah, pada bulan suci ini berbondong-bondong datang ke masjid. Mereka yang selama ini membaca al-Qur’an hanya pada malam-malam tertentu saja, kini berlomba-lomba mengkhatamkannya.
Ini peluang bagi juru dakwah. Ibarat dunia perdagangan, Ramadhan bagaikan “bazar” yang dipadati pengunjung. Sangat rugi kalau momen ini tidak dimanfaatkan untuk menebar dakwah lebih giat dari biasanya. Ibarat sebuah lembaga pendidikan, Ramadhan adalah momen yang paling tepat untuk merekrut siswa sebanyak-banyaknya.
Jangan sampai, umat yang di bulan Ramadhan ini mulai sadar dan mendekatkan diri kepada Allah, kembali ke keadaannya semula. Ini tanggung jawab para dai. Kita.

Hepi Andi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar