“Rasulullah saw lebih dermawan daripada angin yang
bertiup,” (HR Bukhari Muslim).
Sedekah adalah penyubur pahala, dan
melipat gandakan rezeki. Sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada
tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Allah adalah Zat yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang kepada semua hamba-Nya. Bahkan kepada kita yang hampir
setiap desah napas selalu membangkang perintah-Nya, Dia tetap mengucurkan
rahmat-Nya yang tiada terkira. Segala amalan yang kita perbuat, amal baik
ataupun amal buruk, pasti akan kembali kepada kita.
Demikian juga
dengan harta yang kini ada di genggaman kita. Semuanya datang dari Allah yang
Maha Kaya. Dititipkan-Nya pada kita untuk dimanfaatkan sebaik mungkin. Kita
akan mendapatkan balasan pahala dari-Nya, sebagian di dunia dan sebagian saat
menghadap-Nya kelak di Hari Pembalasan.
Rasulullah saw
dan para sahabatnya adalah teladan utama dalam bersedekah. Ibnu Abbas
meriwayatkan, Rasulullah saw adalah orang yang paling dermawan. Kedermawannya
lebih besar di bulan Ramadhan. “Rasulullah saw lebih dermawan daripada angin
yang bertiup,” (HR Bukhari Muslim).
Bukti konkret kedermawanan para sahabat, terlihat nyata ketika Rasulullah
saw menyeru mereka untuk ‘membiayai’ perang Tabuk. Saat itu, Utsman bin Affan
tengah menyiapkan kafilah dagangnya ke
negeri Syam berupa 200 unta lengkap dengan pelana dan barang dagangannya.
Begitu mendengar seruang Rasulullah saw, ia segera menginfakkan seluruh
hartanya itu seraya menambahkannya dengan 100 unta dengan pelana dan
perlengkapannya. Kemudian, ia datang membawa 1000 dinar dan meletakkan di
pangkuan Rasulullah saw. Beliau memperhatikan pemberikan Utsman seraya berkata,
“Apa yang diperbuat Utsman setelah ini, tidak akan membahayakannya. Utsman
terus bersedekah hingga mencapai 900 unta dan seratus kuda. Jumlah itu belum
termasuk uang cash yang diberikan langsung pada Rasulullah saw.
Dapat kita bayangkan jumlah sedekah Utsman. Kalau saja satu ekor unta
seharga 10 juta rupiah, berarti Utsman telah berinfaq lebih dari sembilan
milyar rupiah. Jumlah ini belum termasuk harga kuda dan uang cash yang
diberikan Utsman.
Para sahabat lain seperti tak mau ketinggalan. Abu Bakar datang membawa
seluruh hartanya. Dia tidak meninggalkan sesuatu pun untuk keluarganya kecuali
Allah dan Rasul-Nya. Umar bin Khaththab menyerahkan setengah hartanya. Para
sahabat lain juga tak mau ketinggalan. Bahkan, kaum wanita pun menyerahkan
berbagai perhiasan yang mereka miliki, seperti gelang, anting dan cincin. Tak
ada yang kikir dan menahan hartanya kecuali orang-orang munafiq. Allah
berfirman, “(orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela
orang-orang Mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela)
orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekadar kesanggupannya.
Maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan
mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih,” (QS at-Taubah: 79)..
Begitu besar keinginan para sahabat menyedekahkan hartanya bisa dipahami.
Mereka tahu bahwa harta hanyalah titipan. Allah akan melipat gandakan pahala
orang yang bersedekah. Allah berfirman, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan
oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha
luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,” (QS al-Baqarah:
261).
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Anas bin
Malik, Rasulullah saw bersabda, "Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun
bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah
diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran
akan penciptaan gunung tersebut. Kemudian mereka bertanya? 'Ya Rabbi, adakah
sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari gunung?'.
Allah menjawab, 'Ada, yaitu besi.'
Para malaikat pun kembali bertanya, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam
penciptaan-Mu yang lebih kuat dari besi?' Allah menjawab, 'Ada, yaitu api.' Para
malaikat kembali bertanya, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang
lebih kuat dari api?' Allah menjawab, 'Ada, yaitu air.'
'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?'
tanya para malaikat. Allah pun menjawab, 'Ada, yaitu angin.' Akhirnya para
malaikat bertanya lagi, 'Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih
dari semua itu?'. Allah yang Maha Gagah menjawab, 'Ada, yaitu amal anak Adam
yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak
mengetahuinya.'"
Sedekah
adalah pemberian dari seorang Muslim secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi
waktu dan jumlah (haul dan nishab) sebagai kebaikan dengan
mengharap ridha Allah. Dari segi bentuknya, sedekah sesungguhnya tidak dibatasi
pemberian dalam bentuk uang, tetapi sejumlah amal kebaikan yang dilakukan
seorang Muslim.
Abu Musa
al-Asy’ari berkata bahwa Nabi saw bersabda, ”Tiap Muslim wajib bersedekah.”
Sahabat
bertanya, ”Jika tidak dapat?” Nabi menjawab, ”Bekerjalah dengan tangannya yang
berguna bagi dirinya dan ia dapat bersedekah.” Sahabat bertanya lagi, ”Jika
tidak dapat?”
”Membantu orang
yang sangat membutuhkan,” jawab Rasulullah saw.
Sahabat bertanya
lagi, ”Jika tidak dapat?”
”Menganjurkan
kebaikan.”
Sahabat bertanya
lagi, ”Jika tidak dapat?”
”Menahan diri
dari kejahatan, maka itu sedekah untuk dirinya sendiri.”
Hadits
yang diriwayatkan Bukhari tersebut menggambarkan empat tingkatan dalam
bersedekah. Pertama, bekerja dan berusaha dengan kemampuan sehingga
mendapat keuntungan. Dari keuntungan itu ia bisa bersedekah. Keutamaan seorang
Muslim jika bekerja dengan tekun penuh keikhlasan, akan kuat secara ekonomi
yang dipandang oleh Allah lebih baik dan lebih dicintai.
Kita patut iri
kepada Muslim yang mendapatkan rezeki kemudian menyedekahkannya di jalan Allah.
Abdullah bin Mas’ud meriwayat seperti tertera dalam Shahih Bukhari dan Muslim,
bahwa Rasulullah menyebutkan, tidak ada iri hati yang diperbolehkan, selain
pada dua hal. Yaitu, terhadap seorang Muslim yang dianugerahi harta, lalu
tergeraklah hatinya untuk menghabiskannya menurut jalan yang hak, dan terhadap
seorang Muslim yang telah diberi ilmu yang bermanfaat Allah, lalu ia
menggunakannya.
Kedua, membantu orang
yang sangat membutuhkan. Karenanya, al-Qur’an sangat menganjurkan kita untuk
membantu orang yang benar-benar dalam kesulitan, seperti mereka yang sedang
dililit utang. Allah berfirman, “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam
kesukaran, Maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui,” (QS
al-Baqarah: 280).
Ketiga, menyuruh kepada
kebaikan. Kebaikan yang dilakukan seseorang karena perintah atau anjuran
saudara Muslimnya yang lain, akan menjadi sedekah. Sebab, siapa yang menunjukkan
kepada kebaikan, maka seolah-olah ia melakukan kebaikan sebagaimana seseorang
melakukannya. Dalam sebuah hadits Nabi bersabda, “Barangsiapa yang mengajak kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala
yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahalanya
sedikit pun. Barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka ia pun akan
menanggung dosa yang sama dengan dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi
dosanya sedikitpun,” (HR Muslim).
Keempat, menahan diri
dari perbuatan yang buruk yang dapat menjerumuskan seseorang pada kezaliman
merupakan sedekah. Sebab, menahan diri adalah sikap yang cukup sulit untuk
dilakukan dan hanya orang yang terlatih yang akan mampu menahan diri dari
segala bentuk kejelekan. Sedangkan latihan menahan diri hanya dapat dilakukan
oleh orang yang sedang berpuasa. Di sinilah puasa turut menentukan peran.
Dari
penjelasan tersebut, maka sedekah tak mesti dengan mengeluarkan sejumlah materi
atau uang, tetapi semua amal kebaikan yang dilakukan seorang Muslim, seperti
menciptakan kebersihan lingkungan, bersikap santun, memberikan pendidikan agama
kepada anak dan istri. Bahkan memberikan senyuman pun adalah sedekah (HR
Baihaqi). Membuang duri atau apa saja yang mengganggu di jalan, juga
termasuk sedekah (Muttafaqun ‘alaihi). Berbicara baik dan melangkahkan kaki
menuju shalat, pun termasuk sedekah (HR Bukhari Muslim). Bahkan, dalam
hal-hal tertentu, berbicara baik justru lebih besar pahalanya dibanding
berinfaq yang diikuti dengan riya’. Allah berfirman, “Perkataan yang baik
dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima),” (QS
al-Baqarah: 263).
Dan, Ramadhan
merupakan momen paling tepat untuk memperbanyak sedekah. Dengan apa saja yang
kita mampu. Yang kita miliki.
Hepi Andi Bastoni (@andibastoni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar