Ibarat
sekolah, Ramadhan adalah momen paling tepat untuk merekrut siswa
sebanyak-banyaknya. Sangat merugi kalau momen ini tak dimanfaatkan para dai
untuk menebar dakwah.
Ramadhan kembali
menyapa kita. Kali ini sapaannya datang di kala umat sedang dirundung berbagai
fitnah. Berbeda ketika ia pertama kali datang sebagai bulan wajib puasa. Kala
itu tahun kedua hijriyah, umat Islam berada di kondisi gemilang. Mereka baru
saja kembali dari medan Badar membawa kemenangan.
Beragam cara
dilakukan masyarakat Muslim menyambut bulan berkah ini. Ada yang menabuh beduk,
ada yang membakar petasan, atau sekadar mengganti cat rumah. Bagi kalangan
pebisnis, bulan ini benar-benar dinanti. Mereka berlomba-lomba membeli pakaian
atau apa saja yang bisa dijual menjelang Idul Fitri dengan keuntungan berlipat.
Bagi pengelola
stasiun televisi, Ramadhan digunakan sebagai peluang untuk “mengislamkan”
acara-acara televisinya guna merebut hati pemirsa. Bagi kalangan selebritis,
Ramadhan adalah momen untuk mengubah diri. Bak bunglon, di bulan suci ini
“warna” mereka berubah putih, lalu kembali hitam ketika Ramadhan berlalu.
Pendek kata, ada perhatian khusus diberikan pada bulan berkah ini.
Tentu beragam
penyambutan itu tak semuanya bisa diterima dan dibenarkan. Sosok yang patut
dijadikan teladan dalam menyambut dan mengisi bulan Ramadhan adalah Rasulullah
saw, para sahabatnya dan salafus shalih. Dalam menyambut bulan penuh ampunan
ini, beliau
selalu bergegas memperbanyak ibadah. Rasulullah saw bersabda, "Jika datang
bulan Ramadhan, dibelenggulah syetan, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan
dibukalah pintu-pintu surga.” Kemudian beliau berseru, “Wahai orang yang
mendambakan kebaikan, datanglah! Wahai orang yang tak suka kebaikan, bermalaslah!
Sesungguhnya dalam bulan Ramadhan ini setiap malamnya Allah SWT membebaskan
orang-orang yang dikehendaki-Nya dari api neraka,” (HR Tirmidzi).
Selain
itu, pada bulan ini juga Rasulullah saw melipatgandakan amal perbuatan, baik
yang fardhu maupun yang sunnah. Diriwayatkan oleh Salman, suatu hari di
pengujung bulan Sya'ban Rasulullah saw bersabda, "Wahai sekalian manusia,
telah datang kepadamu bulan yang agung, penuh keberkahan, di dalamnya terdapat
satu malam yang lebih baik dari seribu bulan; diwajibkan padanya puasa; dan
dianjurkan untuk menghidupkan malam-malamnya. Siapa yang mengerjakan satu
kebaikan pada bulan ini, seolah-olah ia mengerjakan satu perintah kewajiban di
bulan lain. Siapa yang mengerjakan ibadah wajib, seakan-akan ia mengerjakan tujuh
puluh kali kewajiban tersebut di bulan yang lain," (HR Muslim).
Pada
bulan ini juga, beliau sangat pemurah dan gemar bersedekah serta memberi makan
orang yang berpuasa. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa Rasulullah saw
adalah orang yang paling pemurah, lebih-lebih pada bulan Ramadhan. Dilukiskan
bahwa beliau bagaikan hembusan angin yang lembut, membawa banyak karunia,
menabur kegembiraan di hati orang Mukmin. Diriwayatkan pula bahwa beliau sangat
penderma, bahkan tidak pernah menolak permintaan apa pun yang diajukan ke
beliau.
Rasulullah
saw juga memperbanyak doa, terutama ketika hendak berbuka puasa. Beliau
bersabda, "Saat-saat berbuka adalah saat yang paling tepat dan mujarab
bagi orang yang berpuasa untuk berdoa,” (HR Muslim).
Selain
itu, Rasulullah saw dan para sahabatnya juga memperbanyak tadarus (membaca
al-Qur'an). Setiap malam bulan Ramadhan malaikat Jibril selalu datang menemui
Rasulullah saw dan bersama-sama membaca al-Qur'an. Hikmah tadarus
Rasulullah di antaranya untuk mengajarkan umatnya agar rajin membaca al-Qur'an,
terutama di bulan suci Ramadhan itu.
Rasulullah
saw selalu meningkatkan ibadahnya, terutama pada sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Jika mulai
masuk sepuluh akhir Ramadhan, Nabi saw menghidupkan malamnya, membangunkan
keluarganya dan mengencangkan pakaiannya,” (HR Muslim).
Bagi juru dakwah,
Ramadhan tak sekadar momen untuk mendulang pahala, tapi juga sebagai lahan
subur menebar dakwah. Umumnya, pada bulan suci ini, gairah umat Islam untuk
mendekatkan diri kepada Allah meningkat. Masjid yang biasanya hanya diisi
dengan kegiatan shalat saja, pada bulan ini dipadati dengan berbagai kegiatan
keagamaan. Kaum Muslimin yang biasanya melaksanakan shalat di rumah, pada bulan
suci ini berbondong-bondong datang ke masjid. Mereka yang selama ini membaca
al-Qur’an hanya pada malam-malam tertentu saja, kini berlomba-lomba
mengkhatamkannya.
Ini peluang bagi
juru dakwah. Ibarat dunia perdagangan, Ramadhan bagaikan “bazar” yang dipadati
pengunjung. Sangat rugi kalau momen ini tidak dimanfaatkan untuk menebar dakwah
lebih giat dari biasanya. Ibarat sebuah lembaga pendidikan, Ramadhan adalah
momen yang paling tepat untuk merekrut siswa sebanyak-banyaknya.
Jangan sampai,
umat yang di bulan Ramadhan ini mulai sadar dan mendekatkan diri kepada Allah,
kembali ke keadaannya semula. Ini tanggung jawab para dai. Kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar