dakwatuna.com - Berhari raya bagi seorang muslim bukan sekadar berbahagia dan bersenang-senang. Hari raya adalah momen untuk menguatkan hubungan dengan Allah. Bukan hanya simbolitas semata, seperti berbaju baru, makan-makan, dan menghabiskan uang.
Adab apa saja yang mesti kita lakukan ketika berhari raya agar bernilai ibadah.
Mandi pada hari ‘Id adalah sunah, bukan wajib, dan ini telah menjadi ijma’ para ulama.
Berkata Imam Ibnu Rajab Rahimahullah:
والغسل للعيد غير واجب. وقد حكى ابن عبد البر الإجماع عليهِ ولأصحابنا وجه ضعيف بوجوبه. وروى الزهري عن ابن المسيب قال: الاغتسال للفطر والأضحى قبل أن يخرج إلى الصلاة حقٌ.
Mandi pada hari raya bukanlah kewajiban, Ibnu Abdil Bar telah menceritakan adanya Ijma’ atas hal itu. Sedangkan terdapat riwayat lemah bagi sahabat-sahabat kami yang menyebutkan kewajibannya. Az Zuhri meriwayatkan dari Ibnul Musayyib, katanya: “Mandi pada Idul Fitri dan Idul Adha sebelum keluar menuju shalat adalah benar adanya.” (Imam Ibnu Rajab, Fathul Bari, 6/71)
Imam Ibnul Qayyim menceritakan:
كان يغتسل للعيدين، صح الحديث فيه، وفيه حديثان ضعيفان: حديث ابن عباس، من رواية جبارة بن مُغَلِّس، وحديث الفاكِه بن سعد، من رواية يوسف بن خالد السمتي. ولكن ثبت عن ابن عمر مع شِدة اتِّباعه للسُنَّة، أنه كان يغتسل يوم العيد قبل خروجه.
Nabi mandi pada dua hari raya, telah terdapat hadits shahih tentang itu, dan ada pula dua hadits dhaif: pertama, hadits Ibnu Abbas, dari riwayat Jabarah Mughallis, dan hadits Al Fakih bin Sa’ad, dari riwayat Yusuf bin Khalid As Samtiy. Tetapi telah shahih dari Ibnu Umar –yang memiliki sikap begitu keras mengikuti sunnah- bahwa Beliau mandi pada hari raya sebelum keluar rumah. (Zaadul Ma’ad, 1/442. Muasasah Ar Risalah)
- Memakai Pakaian Terbaik dan Minyak Wangi
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
أمرنا رسول الله صلى الله عليه و سلم في العيدين أن نلبس أجود ما نجد و أن نتطيب بأجود ما نجد و أن نضحي بأسمن ما نجد
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami punya, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang kami punya, dan berkurban dengan hewan yang paling mahal yang kami punya. (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak No. 7560, katanya: “Kalau bukan karena kemajhulan Ishaq bin Bazraj, akan hukumi ini sebagai hadits shahih.” Hal serupa juga dikatakan Imam Adz Dzahabi. Ath Thabarani dalam Al Mu’jam Al Kabir No. 2756, dari Al Hasan bin Ali. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 3715. Ath Thahawi dalam Musykilul Aatsar No. 4730)
Tetapi, telah shahih dari para sahabat bahwa mereka memakai pakaian terbaik ketika hari raya.
عن نافع أن بن عمر: كان يلبس في العيدين أحسن ثيابه
Dari Naafi’, bahwasanya Ibnu Umar memakai baju yang terbaik pada dua hari raya. (Al Baihaqi, Syu’abul Iman No. 5938)
Dalam riwayat yang lebih panjang disebutkan:
وَعَن مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ قَالَ: قُلْتُ لِنَافِعٍ: كَيْفَ كَانَ ابْنُ عُمَرَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – يَصْنَعُ يَوْمَ الْعِيدِ ؟ قَالَ: كَانَ يَشْهَدُ صَلاَةَ الْفَجْرِ مَعَ الإِمَامِ , ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى بَيْتِهِ فَيَغْتَسِلُ غُسْلَهُ مِنَ الْجَنَابَةِ وَيَلْبَسُ أَحْسَنَ ثِيَابِهِ وَيَتَطَيَّبُ بِأَحْسَنِ مَا عِنْدَهُ ثُمَّ يَخْرُجُ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى فَيَجْلِسَ فِيهِ حَتَّى يَجِيءَ الإِمَامُ فَإِذَا جَاءَ الإِمَامُ صَلَّى مَعَهُ ثُمَّ يَرْجِعُ فَيَدْخُلُ مَسْجِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيُصَلِّي فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَأْتِي بَيْتَهُ
Dari Muhammad bin Ishaq: Aku berkata kepada Naafi’: “Apa yang diperbuat Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma ketika hari raya?” Beliau menjawab: “Beliau shalat subuh berjamaah bersama imam, lalu dia pulang untuk mandi sebagaimana mandi janabah, lalu dia berpakaian yang terbaik, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang dia miliki, lalu dia keluar menuju lapangan tempat shalat lalu duduk sampai datangnya imam, lalu ketika imam datang dia shalat bersamanya, setelah itu dia menuju masjid Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan shalat dua rakaat, lalu pulang ke rumahnya. (Imam Al Bushiri, Ittihaf Al Khairah, No. 1587)
Imam Al Bushiri mengatakan tentang hadits ini:
رواه الحارث بن أبي أسامة ورجاله ثقات والبيهقي مختصرًا
Diriwayatkan Al Harits bin Abu Usamah, dan para perawinya adalah terpercaya, dan diriwayatkan oleh Al Baihaqi secara ringkas. (Ibid)
Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri mengatakan: “Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dan Al Baihaqi dan isnadnya shahih.” (At Tuhfah Al Ahwadzi, 3/59)
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah mengatakan:
وكان يلبَس للخروج إليهما أجملَ ثيابه، فكان له حُلَّة يلبَسُها للعيدين والجمعة، ومرة كان يَلبَس بُردَين أخضرين، ومرة برداً أحمر
Ketika keluar pada dua hari raya, Rasulullah memakai pakaiannya yang terbaik, Beliau memiliki sepasang pakaian yang khusus digunakannya ketika hari raya dan hari Jumat, sekali-kali Beliau memakai yang hijau, sekali pernah yang merah. (Zaadul Ma’ad, 1/440)
- Makan dulu sebelum shalat Idul Fitri, sebaliknya tidak makan dulu sebelum shalat Idul Adha
Untuk hari Idul Fitri disunahkan makan kurma berjumlah ganjil, sebelum berangkat shalat Id. Hal ini didasarkan pada riwayat berikut:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ تَمَرَاتٍ
وَقَالَ مُرَجَّأُ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي أَنَسٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَأْكُلُهُنَّ وِتْرًا
“Pada saat Idul Fitri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah berangkat untuk shalat sebelum makan beberapa kurma.” Murajja bin Raja berkata, berkata kepadaku ‘Ubaidullah, katanya: berkata kepadaku Anas, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Beliau memakannya berjumlah ganjil.” (HR. Bukhari No. 953)
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah, mengutip dari Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah:
لا نعلم في استحباب تعجيل الاكل يوم الفطر اختلافا
Kami tidak ketahui adanya perselisihan pendapat tentang sunahnya mendahulukan makan pada hari Idul Fitri. (Fiqhus Sunnah, 1/317)
Ada pun untuk Idul Adha, disunahkan tidak makan dan minum dahulu, kecuali setelah shalat Id.
Dari Buraidah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
لَا يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ وَلَا يَطْعَمُ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يُصَلِّيَ
Janganlah keluar pada hari Idul Fitri sampai dia makan dulu, dan janganlah makan ketika hari Idul Adha sampai dia shalat dulu. (HR. At Tirmidzi No. 542, Ibnu Majah No. 1756, Ibnu Hibban No. 2812, Ahmad No. 22984)
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: “Hasan.” (Ta’liq Musnad Ahmad No. 22984), Syaikh Al Albani menshahihkannya. (Shahih wa Dhaif Sunan Ibni Majah No. 1756, Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi No. 542)
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan: “Dishahihkan oleh Ibnu Hibban.” (Bulughul Maram, Hal. 176. Mawqi’ Misykah)
Imam At Tirmidzi berkata:
وَقَدْ اسْتَحَبَّ قَوْمٌ مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ لَا يَخْرُجَ يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَطْعَمَ شَيْئًا وَيُسْتَحَبُّ لَهُ أَنْ يُفْطِرَ عَلَى تَمْرٍ وَلَا يَطْعَمَ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ
Segolongan ulama menyunahkan agar jangan keluar dulu pada hari Idul Fitri sampai makan sesuatu, dan disunahkan baginya untuk makan kurma, dan jangan dia makan dulu pada hari Idul Adha sampai dia pulang. (Sunan At-Tirmidzi No. 542) (usb/dakwatuna)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/09/22/57188/adab-berhari-raya-idul-fithri-dan-idul-adha/#ixzz3E6PWYPol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar