Oleh: Hepi Andi Bastoni, MA
(Ketua Yayasan Tahfizh Qur’an Az-Zumar Bogor)
0817-1945-60
Bepergian
suatu hal yang tak dapat dihindari oleh setiap manusia. Baik bepergian untuk
mencari rezeki, silaturrahim pada keluarga, atau ibadah haji dan umrah. Agar
bepergian kita lebih bermakna dan memiliki pahala yang mulia di sisi Allah,
maka kita dianjurkan melakukan adab-adab. Antara lain:
1. Bertaubat kepada Allah SWT dari
segala kemaksiatan dan meminta ampun kepada-Nya dari segala dosa serta memulai
dengan niat baik.
2. Mengembalikan amanat dan
barang-barang yang bukan haknya kepada pemiliknya, membayar hutang dan berpesan
kebaikan kepada keluarganya.
3. Pergi bersama orang-orang shalih
yang bisa menolongnya bila perlu dan bisa menasihati dan mengingatkannya. Tidak
dianjurkan bepergian sendirian. Bagi wanita, ia harus menyertakan mahramnya
saat akan bepergian.
4. Jangan
melakukan perjalanan kecuali ke tempat yang mubah. Para ulama sepakat tentang
haramnya melakukan perjalanan ke tempat yang haram dan maksiat. Meskipun ia
tidak melakukannya, tapi dikhawatirkan akan tergoda dan ikut mengerjakannya
juga.
5. Menaati
rambu-rambu jalan raya. Hal ini dilakukan selain untuk menjaga keselamatan juga membiasakan diri
taat pada peraturan.
6. Membawa
perbekalan dan peralatan dalam perjalanan secukupnya.
7. Jika
musafir lebih dari tiga orang disunnahkan mengangkat salah satu dari mereka
sebagai pemimpin. Rasulullah
saw bersabda,
إِذَا خَـرَجَ ثَلاَثَةٌ فَِي سَفَرٍ
فَلْيُأَمِّرُوْا أَحـَدَهُمْ
“Apabila tiga orang keluar untuk safar, maka hendaklah mereka mengangkat
seorang amir dari mereka,” (HR. Abu
Daud).
8. Disunnahkan berangkat safar di pagi
hari. Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah, berkahilah bagi ummatku di dalam
kediniannya.” (HR Abu Daud).
9. Berpamitan kepada keluarga, kerabat
dan teman-temannya. Jangan di antara keluarga tak ada yang mengetahui kemana
kepergian kita. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang akan bepergian hendaklah
berkata kepada yang ditinggalkan,
أَسْتَوْدِعُكُمُ اللهَ الَّذِيْ لاَ
تَضِيْعُ وَدَائِعُهُ
“Kutitipkan engkau kepada Allah yang tidak sia-sia apa
yang dititipkan.” (HR. Ahmad, Hasan).
Orang yang tinggal mendoakan orang yang akan bepergian:
زَوَّدَكَ اللهُ التَّقْوَى، وَغَفَرَ
ذَنْبَكَ، وَيَسَّرَ لَكَ الْخَيْرَ
حَيْثُ مَا كُنْتَ
“Semoga Allah membekalimu dengan
taqwa, mengampuni dosamu, dan memudahkan segala kebaikan bagimu di manapun
berada.” (HR. Turmudzi, Hasan)
10. Meninggalkan bekal yang cukup untuk
keluarga yang ditinggalkan.
Membaca doa safar
Apabila naik kenderaan (Sepeda
Motor, Mobil atau Pesawat Terbang dan lainnya) bacalah:
بِسْمِ اللهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ {سُبْحَانَ
الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِيْنَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ} الْحَمْدُ لِلَّهِ، الْحَمْدُ
لِلَّهِ، الْحَمْدُ لِلَّهِ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ
ظَلَمْتُ نَفْسِيْ
فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Artinya, “Aku
pergi dengan nama Allah dan segala puji bagiNya. Maha suci Tuhan yang
menundukkan kendaraan ini untuk kami dan tidak ada daya bagi kami untuk
menundukkannya dan hanya kepada Allah kami kembali, kemudian membaca
Alhamdulillah tiga kali, Allahu akbar tiga kali. Maha Suci Engkau ya Allah,
sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri, berilah aku ampunan. Sungguh tidak
ada yang mengamupuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR. Turmudzi, Hasan Shahih)
Atau membaca doa:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِيْ سَفَرِنَا
هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ
هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي
السَّفَرِ وَالْخَلِيْفَةُ
فِي اْلأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ
الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَاْلأَهْلِ
Artinya, “Ya Allah, kami mohon kepadamu dalam
perjalanan ini kebajikan katakwaan dan amal yang Engkau ridhai Ya Allah,
ringankanlah atas kami perjalanan ini, dekatkanlah jaraknya perjalanan ini, Ya
Allah Engkaulah temanku dalam perjalanan ini dan Engkaulah sebagai pengganti
yang melindungi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari pada kesusahan
perjalanan ini, dari pemandangan yang menyakitkan dan dari nasib yang sial
dalam harta dan keluarga.” (HR. Muslim)
Ketika
pulang hendaknya membaca doa tersebut di atas ditambah doa di bawah ini :
آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ
لِرَبِّنَا حَامِدُ وْنَ
“Semoga
kami kembali dalam keadaan selamat dan bertaubat, kepada Robb kami memuji.”
(HR. Muslim)
11. Bertakbir di saat jalan menanjak dan
bertasbih di saat menurun, dalam hadits Jabir dikatakan, “Apabila (jalan) kami
menanjak, maka kami bertakbir, dan apabila menurun maka kami bertasbih,” (HR
Bukhari).
12. Banyak berdoa dalam perjalanannya,
karena doa musafir mustajab (mudah dikabulkan).
13. Dilarang
bepergian dengan membawa anjing dan lonceng, berdasarkan sabda Rasulullah saw:
لاَ تَصْحَبُ اْلمَلاَئِكَةُ رِفْقَةٌ فِيْهَا
كَلْبٌ وَلاَ جَرَسٌ
Artinya, “Malaikat tidak akan
menemani orang yang membawa anjing dan lonceng,” (HR Muslim).
14. Disunahkan berkumpul ketika berhenti dan makan. ketika
para shahabat berhenti di suatu tempat mereka berkelompok-kelompok dan bercerai
berai, maka Rasulullah saw bersabda:
إِنَّ تَفَرُّقَكُمْ
فِي هذِهِ الشِّعَابِ وَاْلاَوْدِيَةِ إِنَّمَا ذلِكُمْ مِنَ الشَّيْطَانِ فَلَمْ
يَنْزِلُوْا بَعْدَ ذلِكَ مَنْزِلاً ِإلاَّ انْضَمَّ بَعْضُهُمْ ِإليَ بَعْضٍ
حَتَّي يُقَالَ لَوْ بَُسَِطَ عَلَيْهِمْ ثَوْبُ لَعَمَّهُمْ
Artinya, "Sesungguhnya bercerai-berainya
kalian dalam kelompok-kelompok dan lembah-lembah ini adalah dari syaitan.
Setelah kejadian ini, tidaklah merka berhenti di suatu tempat kecuali sebagian
berkumpul dengan yang lainnya sampai dikatakan seandainya dibentangkan kain
untuk mereka niscaya pasti akan menjangkau mereka," (HR Abu Daud dengan Isnad Hasan (2628) dishahihkan
al-Albani).
15. Apabila telah selesai keperluannya hendaknya
segera kembali ke kampung halamannya. Nabi bersabda: “......Apabila salah
seorang kamu telah menunaikan hajatnya dari safar yang dilakukannya, maka
hendaklah ia segera kembali ke kampung halamannya," (Muttafaq’ alaih).
16. Jika sampai ke kampung halamannya,
tidak masuk ke rumahnya di malam hari, kecuali jika telah memberi tahu keluarga
sebelumnya. Jabir menuturkan, "Nabi saw melarang seseorang mengetuk rumah
(membangunkan) keluarganya di malam hari.” (Muttafaq’alaih).
17. Apabila sampai ke kampung halamannya
pergi ke masjid terlebih dahulu untuk shalat dua rakaat. Ka`ab bin Malik
meriwayatkan, “Bahwasanya Nabi saw apabila datang dari perjalanan (safar), maka
beliau langsung menuju masjid dan shalat dua raka`at.” (Muttafaq’ alaih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar