Ust. Hepi Andi Bastoni
0817194560/@andibastoni
Perkembangan dan Sepak Terjang
Syiah di Indonesia
Menurut
Ensiklopedi Islam (Juz V, hal 5), bahwa “Paham Syi’ah dianut oleh
sekitar dua puluh persen dari umat Islam dewasa ini. Penganut paham Syi’ah
tersebut di negara-negara Iran, Iraq, Afghanistan, Pakistan, India, Libanon,
Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, bekas negara Uni Sovyet, serta beberapa negara
Amerika dan Eropa termasuk Indonesia.
Di Tanah Air, mereka
sudah masuk ke berbagai lini kehidupan. Di bidang
politik, mereka masuk ke partai-partai berbasis sekular. Di bidang
pendidikan mereka mendirikan sekolah dari TK sampai Perguruan Tinggi. Di bidang
media mereka mendirikan koran, majalah, televisi, penerbitan buku, selebaran,
dsb. Dalam bidang sosial, mereka mempraktikkan nikah mut’ah. Dalam bidang ekonomi mereka membuka toko-toko,
membeli angkutan-angkutan umum, dan aktif dalam dunia perdagangan secara umum.
Dalam bidang medis, mereka membangun rumah sakit dan klinik pengobatan.
Inilah
gerakan Syi’ah, begitu terorganisir dengan
rapi. Sayangnya reaksi Ahlus Sunnah masih
tidak konsisten. Jika ada keributan mereka bergerak. Jika tidak, mereka hanya diam dan pasif. Padahal Syi’ah semakin lama semakin berkembang.
Lebih
dari 30 tahun sudah Syi’ah Rafidhah menyampaikan ajaran kafirnya di Indonesia.
Kini kaum Râfidhah telah berani memperlihatkan sebagian ajaran mereka secara
terang-terangan. Ini mereka lakukan secara bertahap. Cara-cara mereka dalam
memberikan pengajaran sangat halus dan awalnya tidak diketahui. Beberapa di antaranya:
1. Mereka mengatasnamakan diri ahlul bait
(keluarga) Nabi. Padahal pada hakekatnya, mereka telah berbohong atas nama
ahlul bait. Kita tahu bahwa kaum muslimin, terutama di Indonesia sangat
mencintai ahlul bait, tapi
kecintaan yang tidak berdasarkan ilmu tentang siapa ahlul bait menyeret mereka
kepada kemusyrikan seperti Syi’ah Rafidhah.
Kecintaan
seperti ini bisa menyeret seseorang kepada kultus dan al-ghuluw
(berlebih-lebihan). Hal inilah yang diinginkan Syi’ah. Oleh karena itu, orang
yang menyerang Syi’ah selalu dituduh benci kepada ahlul bait.
2. Dalam
memberikan pengajaran, mereka menggunakan ayat-ayat al-Qur’ân, tafsir-tafsir
al-Qur’ân tidak melalui hadits atau sunnah. Karena mereka jauh sekali dari
sunnah Nabi saw bahkan mereka menolak hadits. Bagaimana mungkin mereka
bisa menerima hadits Bukhâri, Muslim dan lain-lain sementara para sahabat yang
meriwayatkan hadits-hadits ini dianggap kafir? Mereka juga menvonis kufur
kepada ahlus sunnah termasuk Bukhâri, Muslim dan ulama ahli hadits lainnya. Oleh
karena itu, mereka selalu memulainya dengan tafsir dengan meruju’ ke
kitab-kitab tafsir Syi’ah.
Melalui
kajian tafsir-tafsir al-Qur’ân yang awalnya biasa tapi lama-kelamaan menjadi
aneh, karena seluruh ayat al-Qur’ân mereka tafsirkan dengan penafsiran mereka.
Mereka selalu membuka kajian tafsir al-Qur’ân, tidak ada yang membuka kajian
shahih Bukhâri kecuali untuk di hina, di kritik dan selanjutnya di tolak.
3. Mengkritik sebagian sahabat Nabi saw. Mereka mulai dari Abu Hurairah kemudian yang
lainnya sampai hampir seluruh para sahabat. Untuk mencapai tujuan ini, di
negeri kita mereka memerlukan waktu bertahun-tahun. Sehingga saat ini, Abu
Bakar As-Shiddiq, Umar, Utsman, mereka hinakan dan kafirkan secara
terang-terangan. Bahkan tersebar selebaran yang mengkafirkan sayyidah
Aisyah dan para sahabat lainnya. Mereka tidak segan-segan memutarbalikkan hadits atau riwayat untuk membuat
citra buruk shahabat Nabi saw.
Mereka
memasukan berbagai macam syubhat kepada kaum muslimin lalu mulai
mengklasifikasikan para sahabat menjadi yang betul-betul sahabat Nabi dan yang
munafiq. Selanjutnya dibawakan sebagian ayat-ayat al-Qur’ân sehingga sebagian
kaum muslimin yang mengikuti majelis mereka terpengaruh dan tidak memperdulikan
serta tidak lagi memakai ijmâ’ para ulama mengenai para shahabat, yaitu semua
para sahabat adalah adil.
4. Mengkritik hadits-hadits. Awalnya, mereka mengkritik
satu atau dua buah hadits dalam Shahîh Bukhâri yang dinyatakan tidak sah,
mustahil atau dusta. Semua justifikasi ini berdasarkan akal dan ra’yu mereka
yang jahil. Itulah salah satu sifat mereka, mengkritik, membantah,
dan menolak tanpa hujjah.
Karena itu ahlus sunnah menyatakan bahwa bantahan dan
penolakan semata bukanlah ilmu. Ilmu adalah memberikan jawaban secara ilmiyah,
membantah secara ilmiyah dengan menegakkan hujjah yang selanjutnya
menyelesaikan permasalahan. Ini yang disebut ilmu. Adapun semata-mata menolak,
mungkin anak-anak yang telah tamyiz mampu melakukannya.
Inipun
mereka lakukan secara bertahap serta membutuhkan waktu yang cukup lama. Mereka
mengkritik dan menolak hadits-hadits riwayat Bukhâri dan Muslim. Tapi anehnya,
apabila ada hadits yang menguatkan madzhab mereka, mereka memakainya padahal
mereka telah mengkafirkan Imam Bukhâri dan Muslim !?
5. Memberikan kesan bahwa Syi’ah merupakan madzhab yang
kelima dalam Islam dan perbedaan mereka adalah perbedaan furu’iyah,
ijtihadiyah, ilmiyah secara global tanpa ta’shîl (penegakan terhadap hujjah)
dan tafshîl (terperinci) sehingga ini juga mempengaruhi kaum Muslimin.
6. Mendakwahkan ajaran yang sangat menarik bagi
orang-orang memiliki penyakit hati yaitu nikah mut’ah. Nikah mut’ah (kontrak)
tanpa wali tanpa saksi kecuali dengan mahar pemberian dan ada ikatan perjanjian
antara kedua pihak laki dan wanita. Biasanya dilakukan selepas majelis mereka.
Mereka mengikat perjanjian kontrak satu hari, dua hari dan seterusnya dan boleh
untuk satu kali berhubungan saja (tidak ada bedanya dengan zina). Bahkan
Khomaini di sebagian fatwanya membolehkan bermut’ah dengan pelacur.
7. Berusaha menjauhkan kaum Muslimin dan memberikan kesan
buruk terhadap sebuah ajaran yang mereka benci yaitu Wahabi. Kalimat ini sering
diulang-ulang, tanpa ada penjelasan terperinci, siapa dan apa ajaran Wahabi
itu. Sehingga setiap ajaran dakwah atau yang berlawanan dengan Syi’ah dicap Wahabi agar dijauhi oleh kaum Muslimin.
8. Mereka
mulai masuk ke lingkaran kekuasaan. Mereka masuk di Parlemen, Depag, MUI, dan
lembaga pemerintah. Sayangnya, dengan senjata taqiyah-nya, orang-orang
Syiah sulit diidentifikasi. Kita tahu mereka sudah berada di lingkaran
kekuasaan karena mereka dengan mudahnya mendapatkan legalitas untuk
menghadirkan tokoh atau membuat sebuah acara. Jika mereka tidak mempunya ‘orang
kuat’ di pemerintahan tak mungkin mudah menggelar acara atau menghadirkan tokoh
internasional. Mereka pernah mendatangkan tokoh Syiah ekstrem Syaikh Tawhidi ke
Indonesia dan beramah tamah dengan Gubernur DKI.
9. Mereka
membuat target menguasai 20 % kekuatan di Indonesia. Kalau target ini tercapai,
mereka tidak segan-segan melakukan revolusi berdarah seperti yang terjadi di
beberapa negara Timur Tengah. Ini yang kita khawatirkan. Sebab kalau Syiah
besar dengan ajaran sesatnya, umat Islam tidak akan tinggal diam. Konflik
horizontal pun gampang disulut. Kericuhan akan terjadi. Negara asing akan
dengan mudah masuk untuk ikut melakukan kerusakan, seperti yang terjadi di
Suria, Irak dan beberapa negara lainnya.
10. Mengadu
domba antargerakan Islam. Untuk hal ini mereka tidak segan-segan berbohong.
Berita terbaru, mereka membuat surat palsu seolah-olah yang mengeluarkan adalah
Kemenag Jabar untuk mewaspadai ajaran Wahabi yang digerakkan KH Athian Ali.
Belakangan diketahui surat tersebut palsu dan sedang diusut oleh Kemenag.
11.
Mengagung-agungkan Husen bin Ali tapi melecehkan para sahabat Nabi saw yang
lain. Mereka tidak segan-segan mengubah syair atau bahkan hadits. Misalnya, teks
syair ‘Ya Thaybah’ yang jelas-jelas aslinya memuji empat Khalifah, oleh Syiah
dipotong. Nama tiga khalifah dibuang dan hanya diambil Ali bin Abi Thalib saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar