Oleh:
Hepi Andi Bastoni, MA
(Ketua
Yayasan Tahfizh Qur’an Ibnu Hisyam Bogor)
0817-1945-60
Setiap hari, selama lima kali kaum muslimin mendengar
seruan adzan yang berkumandang di masjid-masjid. Adzan ini memberitahukan telah
masuknya waktu shalat agar manusia-manusia yang tengah sibuk dengan
pekerjaannya istirahat sejenak memenuhi seruan Allah. Demikian pula, yang
tengah terlelap tidur menjadi terbangun lantas berwudhu dan mengenakan pakaian
terbaiknya untuk menunaikan shalat berjama’ah.
Pengertian
Adzan
Adzan secara bahasa bermakna al-i’lam yang
berarti pengumuman atau pemberitahuan, sebagaimana firman Allah:
وَأَذَانٌ
مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الأكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ
بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُه
Artinya, “Dan pengumuman dari Allah dan Rasul-Nya
kepada ummat manusia di hari haji akbar bahwa Allah dan Rasul-Nya berlepas diri
dari kaum musyrikin…..” (QS at-Taubah: 3).
Adapun secara syar’i adzan adalah pemberitahuan
masuknya waktu shalat dengan lafazh-lafazh yang khusus. (Al-Mughni, 2: 53,
Kitabush Shalat, Bab Adzan. Dinukil dari Taisirul Allam , 78).
Ibnul Mulaqqin berkata, “Para ulama’ menyebutkan 4 hikmah
adzan : (1) menampakkan syi’ar Islam, (2) menegakkan kalimat tauhid, (3)
pemberitahuan masuknya waktu shalat, (4) seruan untuk melakukan shalat
berjama’ah.” (Taudhihul
Ahkam, 1: 513)
Keutamaan
Adzan
Salah satu tanda sempurnanya syari’at Islam ini adalah
memberi dorongan kepada ummatnya untuk melaksanakan ibadah dengan menyebutkan
keutamaan ibadah tersebut. Begitu
pula adzan, banyak riwayat dari Rasulullah saw yang menjelaskan tentang
keutamaan adzan dan orang yang menyerukan adzan (muadzin).
Abu Hurairah
menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا
نُوْدِيَ لِلصَّلاَةِ أَدْبَرَ الشَّيْطَانُ وَلَهُ ضُرَاطٌ، حَتَّى لاَ يَسْمَعَ
التَّأْذِيْنَ، فَإِذَا قَضَى النِّدَاءَ أَقْبَلَ حَتَّى إِذَا ثَوَّبَ
بِالصَّلاَةِ أَدْبَر
“Apabila
diserukan adzan untuk shalat, syaitan pergi berlalu dalam keadaan ia kentut
hingga tidak mendengar adzan. Bila muadzin selesai mengumandangkan adzan, ia
datang hingga ketika diserukan iqamat ia berlalu lagi …” (HR. Bukhari no.
608 dan Muslim no. 1267)
Abu Hurairah
mengabarkan sabda Rasulullah saw,
لَوْ
يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الْأَوَّلِ ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا
إِِلَّا أَنْ يَسْتَهِمُوْا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوْا
Artinya, ”Seandainya orang-orang mengetahui besarnya
pahala yang didapatkan dalam adzan dan
shaf pertama kemudian mereka tidak dapat memperolehnya kecuali dengan undian
niscaya mereka rela berundi untukmendapatkannya…” (HR. Bukhari no. 615 dan Muslim no. 980)
Muawiyah berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,
الْمؤَذِّنُوْنَ
أَطْوَلُ النَّاسِ أَعْنَاقًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Para
muadzin adalah orang yang paling panjang lehernya pada hari kiamat.” (HR.
Muslim no. 850).
Abu Sa’id Al-Khudri mengabarkan dari Rasulullah saw,
لاَ
يَسْمَعُ مَدَى صَوْتِ الْمُؤَذِّنِ جِنٌّ وَلاَ إِنْسٌ وَلاَ شَيْءٌ إِلاَّ
شَهِدَ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah jin dan manusia serta tidak ada sesuatu pun
yang mendengar suara lantunan adzan dari seorangmuadzin melainkan akan menjadi
saksi kebaikan bagi si muadzin pada hari kiamat.” (HR. Bukhari no. 609)
Ibnu Umar berkata, Rasulullah saw bersabda,
يُغْفَرُ
لِلْمْؤَذِّنِ مُنْتَهَى أََذَانِهِ وَيَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ رَطْبٍ وَيَابِسٍ
سَمِعَهُ
“Diampuni
bagi muadzin pada akhir adzannya. Dan setiap yang basah atau pun yang kering
yang mendengaradzannya akan memintakan ampun untuknya.” (HR. Ahmad 2: 136.
Syaikh Ahmad Syakir berkata bahwa sanad hadits ini shahih)
Rasulullah saw mendoakan para imam dan muadzin,
اللَّهُمَّ
أَرْشِدِ الْأَئِمّةَ وَاغْفِرْ لِلَمْؤَذِّنِيْنَ
“Ya
Allah berikan kelurusan bagi para imam dan ampunilah para muadzin.” (HR. Abu
Dawud no. 517 dan At-Tirmidzi no. 207, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam
Al-Irwa’ no. 217)
Aisyah berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah saw
bersabda,
الْإِمَامُ
ضَامِنٌ وَالْمُؤَذِّنُ مُؤْتَمَنٌ، فَأَرْشَدَ اللهُ الْأَئِمّةَ وَعَفَا عَنِ
المْؤَذِّنِيْنَ
“Imam
adalah penjamin sedangkan muadzin adalah orang yang diamanahi. Semoga Allah
memberikankelurusan kepada para imam dan memaafkan para muadzin.” (HR. Ibnu
Hibban dalam Shahih-nya no.1669, dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al
Albani rahimahullah dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib no. 239) (lihat Shahih
Fiqih Sunnah, Bab Adzan)
Demikianlah keutamaan-keutamaan yang terdapat pada
adzan dan muadzin. Semoga kita termasuk dari golongan orang-orang yang ketika
mendengar sebuah hadits, segera mengamalkannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar