oleh : ust. Hepi Andi Bastoni (@andibastoni)
Di antara
adab-adab membaca Al-Quran:
1.
Membaca ta’awwudz (a’udzu billahi minasysyaithanirrajim).
Allah
ta’alaa berfirman:
(فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ) (النحل:98)
“Apabila
kamu membaca al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari
syaitan yang terkutuk.” (Qs. 16:98)
2.
Membaca Al-Quran dengan tartil (sesuai dengan kaidah-kaidah tajwid).
Allah
ta’alaa berfirman:
(وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلاً) (المزمل:4)
“Dan
bacalah al-Qur’an itu dengan tartil.” (Qs. 73:4)
3.
Hendaklah dalam keadaan suci.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إني كرهت أن أذكر الله إلا على طهر
“Sungguh
aku membenci jika aku berdzikir kepada Allah dalam keadaan tidak suci.” (HR. Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany)
4.
Membersihkan mulut sebelum membaca Al-Quran dengan siwak atau sikat gigi atau
yang lain.
Berkata
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
berkata:
إن أفواهكم طرق للقرآن . فطيبوها بالسواك
“Sesungguhnya
mulut-mulut kalian adalah jalan-jalan Al-Quran, maka wangikanlah mulut-mulut
kalian dengan siwak.” (Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu
Majah, dan dishahihkan oleh Syeikh Al-Albany di Shahih Ibnu Majah 1/110-111).
5.
Memilih tempat yang bersih.
6.
Hendaknya merenungi apa yang terkandung di dalam Al-Quran.
Allah
ta’ala berfirman:
(أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافاً كَثِيراً) (النساء:82)
“Maka
apakah mereka tidak memperhatikan Alquran? Kalau kiranya Alquran itu bukan dari
sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (Qs. 4:82)
7.
Memohon rahmat Allah jika melewati ayat-ayat rahmat dan meminta perlindungan
dari kejelekan ketika melewati ayat-ayat adzab.
Di
dalam hadist Hudzaifah disebutkan bahwa suatu saat beliau shalat malam bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
kemudian beliau menceritakan bagaimana Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca Al-Quran ketika shalat:
إذا مر بآية فيها تسبيح سبح وإذا مر بسؤال سأل وإذا مر بتعوذ تعوذ
“Jika
melewati ayat yang di dalamnya ada tasbih (penyucian kepada Allah) maka beliau
bertasbih, dan jika melewati ayat tentang permintaan maka beliau meminta, dan
jika melewati ayat tentang memohon perlindungan maka beliau memohon
perlindungan.” (HR. Muslim)
8.
Tidak membaca Al-Quran dalam keadaan mengantuk.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إذا قام أحدكم من الليل فاستعجم القرآن على لسانه فلم يدر ما يقول فليضطجع
“Kalau
salah seorang dari kalian shalat malam kemudian lisannya tidak bisa membaca
Al-Quran dengan baik (karena mengantuk) dan tidak tahu apa yang dikatakan maka
hendaklah dia berbaring.” (HR. Muslim)
(Lihat pembahasan lebih luas di At-Tibyan fii Aadaab Hamalatil Quran, An-Nawawy, dan Al-Itqan fii ‘Ulumil Quran, As-Suyuthi (1/276-299), Al-Burhan fii ‘Ulumil Quran, Az-Zarkasyi (1/449-480).
(Lihat pembahasan lebih luas di At-Tibyan fii Aadaab Hamalatil Quran, An-Nawawy, dan Al-Itqan fii ‘Ulumil Quran, As-Suyuthi (1/276-299), Al-Burhan fii ‘Ulumil Quran, Az-Zarkasyi (1/449-480).
Hukum Wanita Haid atau
Nifas Membaca Qur’an
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah wanita yang haid boleh
membaca Al-Quran atau tidak? Dan yang kuat –wallahu a’lam- diperbolehkan bagi
wanita yang sedang haid untuk membaca Al-Quran karena tidak adanya dalil yang
shahih yang melarang.
Bahkan dalil menunjukkan bahwa wanita yang haid boleh membaca
Al-Quran, diantaranya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha yang akan
melakukan umrah akan tetapi datang haid:
ثم حجي واصنعي ما يصنع الحاج غير أن لا تطوفي بالبيت ولا تصلي
“Kemudian
berhajilah, dan lakukan apa yang dilakukan oleh orang yang berhaji kecuali
thawaf dan shalat.” (HR.Al-Bukhary dan Muslim, dari Jabir
bin Abdillah)
Berkata Syeikh Al-Albany:
فيه دليل على جواز قراءة الحائض للقرآن لأنها بلا ريب من أفضل أعمال الحج وقد أباح لها أعمال الحاج كلها سوى الطواف والصلاة ولو كان يحرم عليها التلاوة أيضا لبين لها كما بين لها حكم الصلاة بل التلاوة أولى بالبيان لأنه لا نص على تحريمها عليها ولا إجماع بخلاف الصلاة فإذا نهاها عنها وسكت عن التلاوة دل ذلك على جوازها لها لأنه تأخير البيان عن وقت الحاجة لا يجوز كما هو مقرر في علم الأصول وهذا بين لا يخفى والحمد لله
“Hadist ini menunjukkan bolehnya wanita yang haid membaca
Al-Quran, karena membaca Al-Quran termasuk amalan yang paling utama dalam
ibadah haji, dan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah membolehkan bagi Aisyah semua amalan kecuali thawaf dan shalat, dan
seandainya haram baginya membaca Al-Quran tentunya akan beliau terangkan
sebagaimana beliau menerangkan hukum shalat (ketika haid), bahkan hukum membaca
Al-Quran (ketika haid) lebih berhak untuk diterangkan karena tidak adanya nash
dan ijma’ yang mengharamkan, berbeda dengan hukum shalat (ketika haid). Kalau
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarang Aisyah dari shalat (ketika haid) dan tidak berbicara tentang hukum
membaca Al-Quran (ketika haid) ini menunjukkan bahwa membaca Al-Quran ketika
haid diperbolehkan, karena mengakhirkan keterangan ketika diperlukan tidak
diperbolehkan, sebagaimana hal ini ditetapkan dalam ilmu ushul fiqh, dan ini
jelas tidak samar lagi, walhamdu lillah.” (Hajjatun Nabi hal:69).
Namun jika orang yang berhadats kecil dan wanita haid ingin
membaca Al-Quran maka dilarang menyentuh mushhaf atau bagian dari mushhaf, dan
ini adalah pendapat empat madzhab, Hanafiyyah (Al-Mabsuth
3/152), Malikiyyah (Mukhtashar Al-Khalil hal:
17-18), Syafi’iyyah (Al-Majmu’ 2/67), Hanabilah
(Al-Mughny 1/137).
Mereka berdalil dengan firman Allah ta’alaa:
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (الواقعة: 79)
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang suci.”
Sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mushaf yang
kita dilarang menyentuhnya adalah termasuk kulitnya/sampulnya karena dia masih
menempel. Adapun memegang mushhaf dengan sesuatu yang tidak menempel dengan
mushhaf (seperti kaos tangan dan yang sejenisnya) maka diperbolehkan.
Berkata Syeikh Bin Baz:
يجوز للحائض والنفساء قراءة القرآن في أصح قولي العلماء ؛ لعدم ثبوت ما يدل على النهي عن ذلك بدون مس المصحف، ولهما أن يمسكاه بحائل كثوب طاهر ونحوه، وهكذا الورقة التي كتب فيها القرآن عند الحاجة إلى ذلك
“Boleh bagi wanita haid dan nifas untuk membaca Al-Quran menurut
pendapat yang lebih shahih dari 2 pendapat ulama, karena tidak ada dalil yang
melarang, namun tidak boleh menyentuh mushhaf, dan boleh memegangnya dengan
penghalang seperti kain yang bersih atau selainnya, dan boleh juga memegang
kertas yang ada tulisan Al-Quran (dengan menggunakan penghalang) ketika
diperlukan” (Fatawa Syeikh Bin Baz 24/344).
Boleh Membaca Qur’an
bagi yang Tidak Berwudhu
Yang lebih utama adalah membaca Al-Quran dalam keadaan suci, tapi boleh membacanya dalam keadaan tidak suci karena hadats kecil. Dan
ini adalah kesepakatan para ulama.
Berkata Imam An-Nawawy:
أجمع المسلمون على جواز قراءة القرآن للمحدث الحدث الاصغر والأفضل أن يتوضأ لها
“Kaum
muslimin telah bersepakat atas bolehnya membaca Al-Quran untuk orang yang tidak
suci karena hadats kecil, dan yang lebih utama hendaknya dia berwudhu.” (Al-Majmu’, An-Nawawy 2/163).
Di antara dalil yang menunjukan bolehnya membaca Al-Quran tanpa
berwudhu adalah hadist Ibnu Abbas ketika beliau bermalam di rumah bibinya
Maimunah radhiyallahu ‘anha (istri Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam), beliau berkata:
فنام رسول الله صلى الله عليه و سلم حتى إذا انتصف الليل أو قبله بقليل أو بعده بقليل استيقظ رسول الله صلى الله عليه و سلم فجلس يمسح النوم عن وجهه بيده ثم قرأ العشر الخواتم من سورة آل عمران
“Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur sampai ketika
tiba tengah malam, atau sebelumnya atau sesudahnya, beliau bangun kemudian
duduk dan mengusap muka dengan tangan beliau supaya tidak mengantuk, kemudian
membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Ali Imran.” (HR.Al-Bukhary)
Di dalam hadist ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca Al-Quran setelah bangun tidur, sebelum beliau berwudhu.
Imam Al-Bukhary telah meletakkan hadist ini di beberapa bab di
dalam kitab beliau (Shahih Al-Bukhary) diantaranya di bawah bab:
باب قراءة القرآن بعد الحدث وغيره
“Bab
Membaca Al-Quran setelah hadats dan selainnya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar