Oleh: Hepi Andi Bastoni, MA
(Ketua Yayasan Tahfizh
Qur’an Az-Zumar Bogor)
0817-1945-60
Bulan Ramadhan selalu
disambut umat Muslim dengan gembira. Berbagai kegiatan dan bentuk perayaan
disuguhkan untuk menyemarakkan bulan suci ini. Namun sayangnya, perayaan dan
kegembiraan yang ditampilkan umat muslim umumnya hanya secara lahiriah dan
formalitas saja. Tidak banyak umat muslim yang benar-benar mendapat faidah dan
keberkahan dari bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini.
Kenapa ini bisa terjadi? Sebab kebanyakan kaum
muslimin tidak berbeda dalam kehidupannya ketika menjalaninya di dalam bulan
Ramadan dengan di luar bulan Ramadan, kecuali hanya perubahan jadwal makan.
Banyak kekeliruan yang dilakukan umat muslim di bulan puasa. Apa saja
kekeliruan itu?
Berikut beberapa kekeliruan yang banyak dilakukan umat
muslim saat berpuasa di bulan Ramadan:
1. Malas melakukan aktivitas
Seringnya, rasa malas melakukan aktivitas menggelayuti
selama puasa. Puasa dijadikan alasan untuk istirahat melakukan aktivitas berat
seperti bekerja, sehingga efeknya manusia tidak lagi produktif dalam melakukan
aktifitasnya. Padahal puasa membuat kita mudah berpikir, mendidik kita untuk
mampu survive, dan memiliki daya tahan kuat. Sejarah mencatat bahwa
kemenangan-kemenangan besar dalam futuhaat (pembebasan wilayah yang disertai
dengan peperangan) yang dilancarkan oleh Rasul dan para sahabat, terjadi di
tengah bulan Ramadan. Jadi, jangan lagi bermalas-malasan, atau menjadikan puasa
sebagai alasan untuk tidak melakukan hal-hal produktif.
2. Puasa tapi tidak shalat fardhu lima waktu
Diakui atau tidak, tetapi inilah penyakit yand
diderita umat Islam. Banyak yang mengira puasa saja sudah cukup mengumpulkan
pundi-pundi pahala. Padahal shalat dan puasa termasuk rangkaian kumulatif
(rangkaian yang tak terpisah/satu paket) dari rukun Islam, sehingga
konsekwensinya, bila salah satunya dilalaikan, maka akan berakibat gugurnya
predikat “Muslim” dari dirinya.
3. Makan/minum berlebihan saat Sahur dan Buka Puasa
Kebiasaan inilah yang menimpa
kebanyakan umat Islam yang tak kunjung dewasa dalam menyikapi puasa Ramadan.
Kendati telah melakukan berpuluh-puluh kali puasa, tetap saja kebiasaan ini
sulit diubah. Yang salah adalah menjadikan berbuka puasa adalah ajang
"balas dendam" atas kehausan dan kelaparan selama 14 jam menahannya.
4. Berpuasa tapi Melakukan Maksiat
"Yang penting kan
puasanya". Kalimat ini nampaknya perlu digarisbawahi, karena makna yang
penting puasanya, seolah dibatasi antara ibadah lainnya dan menjadikan ibadah
lainnya yang juga wajib menjadi dibelakangi. Inilah yang memicu kita melakukan
maksiat di bulan Ramadan. Setan memang terbelenggu, tapi setan dalam hati kita
yang harus kita belenggu. Maka dari itu perlu diingat bahwa yang paling penting
adalah kita menjaga hawa nafsu dalam diri kita. Sehingga dengan masa training
selama sebulan ini akan mendidik kita menahan pandangan liar kita, menahan
lisan yang tak jarang lepas kontrol.
5. Tidak malu Membuka Aurat (khusus wanita muslimah)
"Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu,
anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Surah Al Ahzab: 59).
Ayat tersebut sudah jelas diperintahkan untuk kaum
perempuan menutup auratnya. Semua kembali kepada ketetapan dan kerendahan hati
kaum perempuan dalam melaksanakan kewajibannya.
6. Kebanyakan Tidur
Bagaimana dengan sebagian kalangan yang berpendapat
bahwa tidur di bulan Ramadan bernilai ibadah. Apakah faktanya demikian? Karena
pada akhirnya gurauan yang timbul di masyarakat adalah jika tidur bernilai
ibadah, maka tak ada salahnya menghabiskan bulan Ramadan dengan tidur.
Perumpamaannya lebih tepat seperti ini, bahwa daripada
melakukan maksiat lebih baik tidur saja. Rasulullah tetap produktif selama
bulan Ramadan. Bahkan, pasukan Muslim pernah melakukan perang akbar di bulan
ini. Rasulullah juga mengurangi waktu tidurnya yang memang sangat sedikit itu
untuk memperbanyak ibadah.
7. Meninggalkan salat tarawih tanpa udzur/halangan
Benar bahwa salat tarawih adalah sunnah tetapi bila
dikaji secara lebih seksama niscaya kita akan dapatkan bahwa berpuasa Ramadan
minus salat tarawih adalah suatu hal yang disayangkan, mengingat amalan sunnah
di bulan ini diganjar sama dengan amalan wajib.
8. Sibuk memikirkan persiapan hari raya
Idul Fitri adalah hari kemenangan seluruh umat Islam
di dunia, setelah 30 hari menahan belenggu nafsu pada dirinya, ini perlu
dirayakan tetapi tidak secara berlebihan. Idul Fitri masih 25 hari lagi, tetapi
kebanyakan umat Islam sibuk menyiapkan Idul Fitri dengan membelanjakan uangnya
secara berlebihan, bahkan tidak jarang mempertaruhkan keimanannya dengan tidak
puasa karena aktifitas belanjanya yang menyita tenaga.
9. Meninggalkan I’tikaf di Akhir Ramadhan tapi justru menghabiskan waktu di
Mall
Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf
adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id
Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal
Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan
Ramadhan.
Sayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi
sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh
benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak
pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”
10.
Begadang untuk sesuatu yang tidak terpuji
Banyak
orang yang begadang pada malam-malam Ramadhan dengan melakukan sesuatu yang
tidak terpuji, bermain-main, ngobrol, jalan-jalan atau duduk-duduk di jembatan
atau trotoar jalan. Pada tengah malam mereka baru pulang dan langsung sahur
kemudian tidur. Karena kelelahan, mereka tidak bisa bangun untuk shalat Shubuh
berjamaah pada waktunya.
Ada
banyak kesalahan dan kerugian dari perbuatan semacam ini:
·
Begadang dengan sesuatu yang tidak
bermanfaat. Padahal Nabi shallallahu alaihi wasallam membenci tidur sebelum
Isya' dan bercengkerama (ngobrol) setelahnya kecuali dalam hal kebaikan. Dalam
hadits riwayat Ahmad, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Tidak
boleh bercengkerama kecuali bagi orang yang shalat atau bepergian."
(As-Suyuthi berkata, hadits ini hasan).
·
Sia-sianya waktu mereka yang sangat
berharga. Mereka sama sekali tidak memanfaat-kannya sedikitpun. Padahal
masing-masing orang akan menyesali setiap waktu yang ia lalui tanpa diiringi
dengan mengingat Allah di dalamnya.
10. Tidak Berdakwah dan Membiarkan Keluarga
Jangan sia-siakan momen Ramadhan kali ini. Sepanjang
bulan Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah karena pastinya suasana Ramadhan
sudah sangat terasa dimana-mana dan tiap orang siap menerima nasihat.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ
أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Al-Imran[3] : 104)
Namun pastikan jika Anda memberi nasihat haruslah ada
dalilnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa menunjuki kebaikan,
baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala
orang yang mengamalkannya sedikitpun.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar