Selasa, 26 April 2016

Memimpin untuk Rakyat


Oleh : Hepi Andi Bastoni
IG : @HepiAndiBastoni

"Kami telah memilihmu, wahai Amirul Mukminin.
Kami ridha terhadapmu."

Aturlah urusan kami dengan karunia dan berkah Allah.”Suara itu terus menggema. Dukungan atas diangkatnya Umar bin Abdul Aziz sebagai kha­lifah menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik, terus mengalir. Rakyat secara aklamasi meng­angkat laki-laki sederhana itu sebagai khalifah. Ketika suara dukungan itu mulai se­nyap dan suasana agak tenang, Umar bin Abdul Aziz memuji Allah. Ia ber­shalawat pada Nabi Muhammad saw, hamba dan utusan Allah.

Kamis, 21 April 2016

Lahirkan Generasi Umar



Oleh : Hepi Andi Bastoni
IG : @hepiandibastoni

Damaskus sedang tersenyum manis menyambut datangnya musim semi. Berbangga dengan kesuburan tanah dan taman-tamannya yang indah berseri. Hari itu Muawiyah bin Abi Sufyan tengah bersiap menerima para utusan di istananya. Ketika kesempatan pertama dibuka, Ummul Hakam binti Abi Sufyan, kakak perempuannya, segera menyelinap di balik tabirnya. Dari situ dia bisa mendengarkan pembicaraan-pembicaraan dalam majelis kakaknya tentang beragam hal.
          Tak seperti biasanya, kali ini Ummul Hakam mendapati tamu kakaknya membawa suasana tegang dan menggetarkan. Dia mendengar kakaknya berkata, “Demi Allah wahai Ahnaf, setiap kali aku ingat perang Shiffin dan betapa Anda memihak pada Ali bin Abi Thalib kemudian meninggalkan kami, rasa kesal di hatiku serasa tak terobati.”

Selasa, 19 April 2016

Memberi Pinjaman pada Allah



Oleh : Hepi Andi Bastoni
IG : @HepiAndiBastoni

Wajah Abu Darda’ tampak serius. Sahabat Rasulullah saw yang bernama asli Umair bin Malik dari suku Khazraj ini bergegas ke rumah Rasulullah saw. Gejolak pertanyaan menggemuruh di dadanya. Ia tak mau menunggu waktu lama dan ingin segera ‘mengklarifikasi’ ayat yang baru saja turun. Ayat itu berbunyi, “Jika kamu meminjamkan pada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa Lagi Maha Penyantun,” (QS ath-Thagabun: 17).
 Di hadapan Rasulullah saw, Abu Darda’ bertanya. Bukan karena keraguan atas kemahapengasihan Allah, tapi untuk memantapkan keyakinannya. Hal ini pernah dilakukan Nabi Ibrahim ketika ia meminta agar Allah memperlihatkan padanya bagaimana menghidupkan sesuatu yang sudah mati.

Kamis, 14 April 2016

Mewaspadai Penyusupan

ilustrasi Abdulloh bin Ubay


Oleh : Hep Andi Bastoni/0817194560
IG : @Hepiandibastoni

Menjelang terbit fajar, Rasulullah saw melanjutkan perjalanan. Setelah tiba di asy-Syauth, beliau dan para sa­habatnya melakukan shalat Shubuh. Tempat ini tak begitu jauh dari bukit Uhud. Dengan de­mikian, antara pasukan kafir Quraisy yang berjumlah tiga ribu orang dan kaum Muslimin yang hanya seribu orang dapat saling me­mandang.

Di tempat itulah Abdullah bin Ubay, gem­bong munafik Madinah, berkhianat. Bersama tiga ratus prajuritnya, ia memisahkan diri dari pasukan. Alasannya, “Ka­mi tak tahu, menga­pa kami mem­bu­nuh di­ri kami sendiri?” Mak­­sudnya, ia memi­sah­kan diri karena Ra­sulullah saw tak me­nye­tujui penda­patnya yang menginginkan tetap berada di Madinah, bukan menyongsong musuh di medan Uhud.
Tentu, penyebab pena­ri­kan itu bukanlah seperti yang dia ungkapkan. Kalau benar alasan karena tak setuju de­ngan pendapat Nabi, tentu sejak awal ia sudah menarik diri. Abdullah bin Ubay ingin men­ciptakan kekacauan dalam pasukan kaum Mus­limin dan berharap kaum Muslimin akan me­ninggalkannya dan berbalik mengangkatnya se­ba­gai pemimpin. Ia juga berharap, tindak­annya berkhianat di tengah perjalanan akan menjatuhkan mental kaum Muslimin.

Rabu, 13 April 2016

Peluncuran Gerakan Peduli Anak dan Keluarga


Maraknya kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pengabaian terhadap keluarga, serta penyimpangan seksual dan pornografi pada anak-anak yang terjadi akhir-akhir ini semakin memprihatinkan.

Atas dasar itulah, lembaga pemerhati dunia pendidikan, Sahabat Pendidik Indonesia, meluncurkan Gerakan Peduli Anak dan Keluarga di acara Workshop Ayah Bunda Ananda Kompak 100%. Workshop yang diadakan pada Minggu (10/4/2016) ini bertempat di Ruang Rapat 1 Balai Kota Bogor.

Selasa, 12 April 2016

Koalisi Rapuh



Oleh : Hepi Andi Bastoni
IG : @HepiandiBastoni

Suatu hari Rasulullah saw dan beberapa sahabatnya mendatangi Yahudi Bani  Nadhir untuk minta bantuan mem­bayar diyat dua orang Bani Kilab yang terbunuh. Ini merupakan kewajiban mereka sesuai perjan­jian Piagam Madinah.

Bani Nadhir menyanggupi permintaan itu. Mereka meminta Nabi saw dan para sahabat­­nya menunggu di suatu tempat. Semen­tara mereka pergi menemui beberapa temannya.

Watak asli bangsa Yahudi muncul. Melihat ada peluang untuk mence­lakai Rasulullah saw, mere­ka segera membuat ren­cana keji. Salah se­orang dari mereka segera menyi­apkan batu besar untuk dilemparkan di atas kepala Rasulullah saw!

Jumat, 08 April 2016

Belajar dari Wanita Pemberani



Oleh : Hepi Andi Bastoni
IG : @Hepiandibastoni

Tuntutan dari beberapa sahabiyat menyebabkan Asma’ binti Yazid mempercepat langkahnya. Ia bergegas menemui Rasululullah saw untuk mengadukan permasalahan yang dia dan teman-temannya hadapi. Saat itu, Rasulullah saw sedang duduk bersama beberapa sahabatnya.
Di hadapan Rasulullah saw, Asma’ berkata, “Demi ayah dan ibuku sebagai tebusan bagimu, engkau utusan Allah, sedang aku utusan para wanita Muslimah yang ada di belakangku. Mereka mengatakan seperti yang kukatakan, yang berpendapat seperti pendapatku. Sesungguhnya, Allah mengutusmu pada kaum laki-laki dan wanita. Kami beriman kepadamu dan mengikutimu. Kami para wanita terkungkung, terpingit di rumah, tempat menyalurkan syahwat bagi kaum laki-laki dan mengandung anak-anak mereka. Bisakah kami menyamai kaum lelaki dalam pahala wahai Rasullullah?”

Kamis, 07 April 2016

Kuat Jasmani dan Ruhani


Oleh : Hepi Andi Bastoni
IG : @Hepiandibastoni

Suatu ketika Raja Romawi mengirim  sepucuk surat kepada  Muawiyyah bin Abi Sufyan, penguasa Daulat Umayyah kala itu. Isinya, “Di antara adat kebiasaan raja-raja kami adalah saling menghibur, dengan jalan mengirimkan sesuatu yang “aneh” untuk diadu. Apakah Anda bersedia?”
            Surat itu dibalas Muawiyah dengan jawaban yang bernada mengizinkan. Kemudian, raja Romawi itu mengutus dua lelaki “aneh” kepada  Muawiyyah. Yaitu, seorang laki-laki jangkung, dan seorang laki-laki kuat perkasa.
Bersamaan dengan itu, raja Romawi mengirim juga sepucuk surat yang isinya, “Apakah di kerajaan Anda ada orang yang bisa menandingi kedua orang ini, baik tinggi maupun kekuatan?”
            Muawiyyah berkata kepada  Amr bin Ash, “Untuk menandingi orang tinggi itu, saya telah mendapatkan lawannya. Bahkan, mungkin lebih tinggi. Dialah Qais bin Sa’ad bin Ubadah. Tetapi orang kuat untuk menandingi yang satunya lagi, saya perlu pendapatmu!”

Selasa, 05 April 2016

Peranan Cita-cita


Oleh : Hepi Andi Bastoni
IG : @Hepiandibastoni 

Sore itu matahari memancarkan sinarnya. Cahayanya menerpa bagian atas Ka’bah yang berdiri kokoh. Beberapa sahabat Rasulullah saw yang masih hidup dan para pembesar tabi'in kala itu, melakukan thawaf di sekeliling Ka'bah. Gema takbir dan pekik tahlil menggaung, mengharumkan suasana yang penuh kesucian.
            Tak jauh dari salah satu sudut Ka’bah, empat orang pemuda yang mempunyai nasab terhormat, duduk sambil bercengkerama. Pakaian mereka menyerbakkan wewangian bagai kepakan sayap merpati yang berterbangan di sekitar Ka’bah. Keempat pemuda itu adalah Abdullah, Mush'ab, Urwah (ketiganya putra Zubair bin Awwam) dan Abdul Malik bin Marwan.